Rabu, 10 Maret 2010

Buku Anorganik pak kancono

PENGETAHUAN LABORATORIUM KIMIA

















Oleh :

Dr. Kancono
I Nyoman Candra, S.Si
















BAB I
TATA RUANG LABORATORIUM

Laboratorium dalam pendidikan IPA berarti suatu tempat di mana guru dan siswa melakukan kegiatan percobaan atau penelitian, sehingga laboratorium tidak selalu berarti gedung laboratorium tetapi dapat berupa kebun, lapangan dan lain-lainyang dipakai untuk kegiatan tersebut. Di samping itu ruangan kelas biasa atau ruangan laindapat diubah menjadi ruangan laboratorium setelah mengalami penataan sedemikian rupa.
Laboratorium IPA khususnya Kimia, mempunyai desain yang tertentu. Desain laboratorium berarti suatu tatanan dari komponen-komponen dan kelengkapan laboratorum, yakni menyangkut bentuk ruangan, bagian-bagian ruangan, perlengkapan, kemudahan atau fasilitas yang harus ada, dan posisi terhadap bangunan lain.
Tata ruang Kaboratorium Kimia berarti suatu tatanan komponen pengisi ruangan Laboratorium Kimia, di mana letak meja-meja, bangku, berapa renggang barang-barang tersebut berjarak dan di mana letak bak-bak cuci, perlengkapan air, listrik dan gas, letak lemari, alat pengaman dan kotak P3K diletakan. Hal ini merupakan segi-segi yang harus diperhatikan dalam pengaturan tata ruang Laboratorium Kimia. Tata ruang tersebut dapat dibagi atas ruang tetap dan tata ruang tidak tetap.

A. Tata ruang tetap
Tidak ada dua sekolahpun yang memiliki lingkungan yang sama, sehingga letak laboratorium tidak bisa diseragamkan. Sebaiknya laboratorium diletakan dengan posisi arah utara–selatan karena arah demikian erat dengan banyaknya sinar matahari yang masuk dan ada sangkut pautnya dengan ventilasi cahaya alami.
Proyek penyediaan Laboratorium SMA dan SMP dari Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan dalam Buku Penuntun Perencanaan Pembangunan mensyaratkan sebagai berikut :
1. Laboratorium tidak terletak di atas tanah pertanian dan tidak terletak di arah angin. Hal ini untuk menghindari pencemaran udara dalam lingkungan yang lebih luas..
2. Letak laboratorium mempunyai jarak yang cukup jauh terhadap sumber air. Hal ini untuk menghindari pencemaran air di lain tempat yang berhubungan.
3. Laboratorium harus mempunyai saluran pembuangan air pencuci agar tidak mencemari sumber air penduduk sekitar.
4. Jarak laboratorium harus cukup jauh dari bangunan lain, agar ventilasi dan penerangan alami yang optimum dapat diperoleh (jarak minimal yang disyartakan adalah 3 meter)
5. Letak laboratorium mudah dikontrol dalam kompleks sekolah guna menjaga keamanan dari pencurian, kebakaran dan lain-lain. Dan pembanguanannya tidak menyerobot untuk aktivitas lain bagi kepentingan yang lebih utama dan luas.

Adapun luas ruangan laboratorium bervariasi sesuai dengan macam dan jenisnya, yaitu :
1. Ruangan kegiatan belajar mengajar yang berisi perabotan seperti meja, kursi almari, rak, meja demonstrasi. Luas minimum 2,5 m2 untuk tiap orang siswa, sehingga untuk tiap 50 orang siswa luas laboratorium 125 m2. bentuk ruangan sedemikian rupa sehingga siswa dapat duduk tidak berdempetan dan siswa paling belakangpun dapat melihat percobaan yang didemonstrasikan guru.
2. Ruangan persiapan, yaitu tempat guru dan laboran/pembantu laboratorium melakukan persiapan sebelum kegiatan praktikum atau demonstrasi dilakukan. Luas lantai 20 m2 untuk laboratorium yang luasnya 100 m2 sehingga tidak mengganggu kegiatan ruang lain.
3. Ruangan gudang terdiri dari ruang penyimpanan alat atau perkakas dan ruang penyimpan chemicalien (bahan-bahan kimia). Luas gudang minimum 20 m2. terpisahkan ruang ini karena sering terjadi perusakan perkakas oleh terkontaminasinya zat kimia.
4. Ruangan gelap, kegunaannya untuk proses pembuatan foto atau kegiatan yang mensyaratkan bebas cahaya seperti fotografi dan sablon. Luas minimum 2,5 m2 yang disediakan untuk dua orang.
5. Ruangan timbang, ruangan ini khusus untuk menyimpan timbangan agar bebas dari pengaruh dan reaksi zat-zat/gas kimia korosif. Selain itu juga untuk menimbang zat-zat yang memerlukan kepekaan tinggi.
6. Ruangan kaca, ruangan ini disebut juga rumah kaca, yang digunakan untuk praktikum biologi. Ruangan ini dibuat tersendiri memanjang dengan luas 5x15 meter. Ruangan ini untuk menyimpan dan mengamati gerak dan proses hewan dan tumbuhan.
7. Ruang Asam, di dalam ruangan ini terdapat lemari asam yang berguna untuk menyimpan zat kimia yang bersifat asam atau basa kuat yang mudah menguap. Ruang ini dipakai pula untuk percobaan reaksi kimia zat eksplosif dan menghasilkan gas iritan (mengganggu pernapasan dan kulit). Ruangan ini dilengkapi dengan kipas angin listrik. Luas ruangan ini adalah 5 m x 10 m.
8. Ruang Pembimbing Praktikum, ruangan ini diperuntukan bagi para asisten praktikum untuk istirahat dan koreksi laporan. Di dalamnya terdapat buku-buku literatur praktikum. Selain itu banyak juga dilengkapi dengan alat-alat dapur sekadarnya untuk memasak air dan membuat makanan seperti susu bubuk untuk menetralisir gangguan keracunan zat walaupun dalam konsentrasi kecil.

B. Tata Ruang tidak tetap
Tatanan dalam ruang ini terdiri dari perabotan yang mudah dipindah-pindahkan. Penempatan perabotan ini harus mempertimbangan hal-hal sebagai berikut :
1. Keamanan ; penempatan perabotan harus menghindari penyebab kecelakaan.
2. Kemudahan; penempatan perabotan harus sedemikian rupa sehingga mudah di dapat jika diperlukan.
3. Keleluasaan; penempatan perabotan harus memungkinkan guru dan siswa untuk bebas bergerak dalam melakukan percobaan.
4. Keindahan; penempatan perkakas/perabotan harus memberikan rasa kenyamanan dan keindahan dan enak dipandang.
5. Kefisikaan; penempatan perabotan/perkakas/zat harus memperhitungkan pengaruh cahaya, listrik, dan panas.
6. Kekimiaan; penempatan perabotan/perkakas/zat kimia harus mempertimbangkan adanya pengaruh uap/gas kimia, kelembaban, kontak korosif antarlogam dan gas/zat.
7. Kebiologian; penempatan perkakas harus memperhitungkan kemungkinan hidupnya tumbuhan, jamur, binatang dan lain-lain.

Beberapa macam benda laboratorium yang dapat/mudah dipindahkan, antara lain :

1. Meja
a. Meja kerja siswa, ukuran disesuaikan dengan kegunaannya, untuk praktikum kimia, tinggi meja tidak kurang dari 85 cm. Namun bila memungkinkan dilengkapi dengan meja yang digunakan untuk pengamatan sambil duduk, tinggi 70 cm dan lebar 70 cm. Meja ini dapat digeser atau dipindah-pindahkan sesuai ruangannya.
b. Meja kerja guru; ukuran tinggi 90 cm dan permukaan meja 100 cm x 120 cm. Meja ini dilengkapi dengan lemari dan laci di bawahnya.
c. Meja demonstrasi; diletakan di depan papan tulis dan di tempatkan di atas dasar lantai yang agak tinggi (kira-kira tinggi 20 cm), agar semua siswa dapat melihat dengan jelas suatu demonstrasi. Ukuran panjang 120 cm, lebar 60 cm, dan tinggi 90 cm. Meja ini dipasang secara permanen dengan dilengkapi aliran listrik, air dan bak cuci di sampingnya. Sedangkan tebal daun meja antara 1,5 cm sampai dengan 3,0 cm.
d. Meja dinding; diletakan pada sisi dalam ruang laboratorium dan di bawah jendela. Meja ini digunakan untuk kegiatan yang menggunakan mikroskop, refraktometer, spektrometer, meletakan botol-botol zat dan akuarium. Pada jarak 2,5 atau 3 meter, dapat dipasang bak-bak dan bak cuci. Meja ini sesungguhnya permanen letaknya. Namun, ada teknik baru sehingga meja ini dapat didorong atau dipindahkan.
e. Meja tempat menimbang; meja ini khusus untuk melakukan penimbangan, alasnya datar dan tidak bergetar untuk penimbangan menggunakan neraca analitis.
f. Meja khusus; meja ini disediakan khusus untuk penyimpanan gula, kopi, susu dan makanan. Hal ini perlu karena dengan persediaan ini untuk pemberiaan bantuan pada siswa yang memerlukan, untuk menjamin daya tahan fisik selama praktikum

2. Lemari
a. Lemari belajar siswa; lemari alat listrik beserta perlengkapannya, lemari pameran untuk memperlihatkan model, specimen, awetan dan lain-lain, lemari buku/tas, lemari bahan kimia/bahan lain yang segera akan digunakan, lemari untuk menyimpan bahan /alat yang akan dipakai dalam praktikum. Lemari ini terletak di ruang belajar siswa.
b. Lemari di ruang kerja guru; lemari untuk menyimpan buku, map, dokumen kegiatan lab, lemari untuk menyimpan alat khusus seperti mikroskop.
c. Lemari di gudang alat/zat; lemari untuk menyimpan alat yang terbuat dari besi, kayu dan plastik; lemari untuk menyimpan perkakas seperti gergaji, bor, gunting, pisau dan lain-lain.

3. Media pandang; meliputi papan tulis, chart, poster, sistem periodik, daftar tekanan uap, papan pengumuman, daftar piket, daftar tata tertib, gambar model, papan pesan dan lain-lain.


Kebun
Adanya kebun di lingkungan gedung laboratorium juga merupakan kelengkapan laboratorium alam dengan komponen komunitas kehidupan di dalamnya seperti tumbuhan, binatang, jamur, batu dan organisme lain yang bersangkut paut dengan kimia lingkungan secara langsung ataupun tidak langsung.
Kebun sebagai media laboratorium alam disarankan memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut :
1. Kebun harus dapat berfungsi sebagai laboratorium terbuka, sehingga kegiatan pengamatan kimiapun dapat dilakukan.
2. Kebun harus dapat menjadi paru-paru yang mampu menetralisir pencemaran udara, dan aspek psikologis/tempat refreshing.
3. Kebun dapat memberikan perasaan nyaman dan indah bagi lingkungannya.

Dengan prinsip ini, kebun dapat dibuat di dekat/pinggir laboratorium atau kelas. Ragam tanaman dan isi kebun dapat disesuaikan dengan keperluan pelajaran atau apotek hidup, warung hidup dan lain-lain. Sebagai pengembangan lebih lanjut adalah adanya rumah kaca yang sebaiknya terletak menyatu dengan kebun.
Kebun merupakan alternatif tempat dalam praktikum IPA dan kimia, khusunya Kimia Lingkungan untuk mengadakan penelitian hubungan beberapa variabel kimia dan kehidupan langsung yang dirasakan oleh peneliti.


Contoh Denah Laboratorium
A. Denah tata ruang tetap lab.kimia















Gambar I.1 : Denah tata ruang tetap lab.kimia

Keterangan :

O : stop kontak
◘ : Bak cuci
1 : Ruang gelap
2 : Ruang timbang
3 : Gudang
4 : Ruang perlengkapan
5 : Meja demonstrasi
6 : Meja Siswa
7 : Papan tulis
8 : Meja dinding




B. Denah tata ruang tidak tetap lab.kimia



















Gambar I.2 : Denah tata ruang tidak tetap lab.kimia

Keterangan :

1 : Meja praktikum
2 : Bangku
3 : Lemari alat
4 : Bak air
5 : Meja guru
6 : Lemari
7 : Tempat timbangan
8 : rak zat
9 : Meja berkas
10 : Lemari zat










BAB II

PENGGUNAAN LABORATORIUM KIMIA


A. Schedulling (Penjadwalan)
Dalam penjadwalan perlu diperhatikan kesesuaian waktu dengan kegiatan (eksperimen atau demonstrasi) yang sesuai dengan program studi dan pokok bahasan menurut kurikulum sekolah. Hari besar, hari libur dan hari-hari sekolah harus diperhatikan Selain itu perlu dipertimbangkan waktu untuk evaluasi program atau inventarisasi serta rehabilitasi laboratorium jika memungkinkan. Rehabilitasi dan inventarisasi meliputi kegiatan pencatatan kembali, penyusunan alat dan bahan kimia, pengadaan alat dan bahan kimia dan perbaikan susunan perabotan atau perbaikan gedung laboratorium.
Contoh program kegiatan laboratorium dapat dilihat dari kasus II semester 3 sebagai berikut :
Selama semester 3 yang berisi 16 minggu, 8 minggu digunakan untuk kegiatan praktikum, sedangkan sisanya digunakan untuk persiapan (3 minggu), untuk ujian akhir (2 minggu) dan 3 minggu lainnya untuk inventarisasi dan pembuatan laporan keadaan laboratorium serta usulan pengadaan bahan dan alat-alat praktikum. Berikut ini Form untuk perencanaan penjadwalan :


Praktikum : ......................
Kelas/sem : ......................
Tahun :......................
Guru bid.studi :......................
Laboran :......................


Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IV
Minggu Minggu Minggu Minggu
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4


Persiapan



.......Praktikum....... Ujian Semester Inventarisasi, rehabilitasi dan pengadaan

Gambar II.1 : Contoh tabel form untuk perencanaan penjadwalan


Dalam semester 3 ini praktikum yang akan dilaksanakan sebanyak 8 percobaan dengan 16 judul sesuai dengan materi pelajaran kimia yang dipelajari semester ini.
Mengingat jumlah kelas paralel program A1 dan A2 semua 4 kelas, maka harus diatur seperti gambar tabel berikut disesuaikan dengan kredit semester yang tercantum dalam kurikulum :


Jadwal praktikum kimia
Bulan : ..........................
Bulan ke : 1


Minggu ke Hari ke Jam ke Percobaan (banyaknya) Kelompok praktikum
A1.1 A1.2 A1.3 A1.4
4

1

2 1
2
1
2 1
1
1
1 1
2
3
4 2
1
4
3 3
4
1
2 4
3
2
1

Gambar II.2 : Contoh form penjadwalan untuk kelas paralel


Telah diketahui bahwa 1 sks (satuan kredit semester) dalam praktikum berarti kegiatan laboratorium selama 50 menit dan kegiatan di luar laboratorium/sekolah selama 40 menit. Oleh karenanya waktu waktu harus digunakan seefektif mungkin. Untuk kegiatan di laboratorium dapat dirinci sebagai berikut :

2 sks untuk praktikum berarti 2 x 50 menit = 100 menit.
15 menit untuk penjelasan dan demonstrasi oleh guru.
60 menit untuk praktikum/percobaan oleh siswa.
10 menit untuk pemeriksaan lembar kegiatan siswa.
15 menit untuk mengerjakan soal-soal dan pertanyaan-pertanyaan.

Sedangkan untuk kegiatan praktikum di luar jam sekolah di mana waktu yang disediakan cukup sempit, dapat dirinci seperti berikut ini :

2 sks berarti 2 x 40 menit = 80 menit.
10 menit untuk penjelasan dan demonstrasi.
60 menit untuk praktikum/pengamatan.
10 menit untuk pemeriksaan jurnal/hasil lembar kegiatan.
Sedangkan persoalan-persoalan selama kegiatan dapat ditanyakan pada waktu pelajaran teori diberikan.


B. Penyiapan Alat dan Bahan Praktikum
Jenis alat dan jumlahnya perlu dipersiapkan sebanyak 1 set untuk setiap percobaan sesuai buku penuntun praktikum yang dipakai. Jumlah masing-masing dilipatgandakan menurut banyaknya kelompok per kelas jika praktikum dilakukan per kelompok.
Persiapan/penyediaan bahan praktikum harus diperhitungkan sesuai dengan perumusan sebagai berikut :




Keterangan :
JP : Jumlah pereaksi/zat-zat yang akan direaksikan dalam gram atau mililiter.
JK : Jumlah kelompok praktikum dalam satu kelas.
BK : Banyaknya kelas paralel yang akan melakukan praktikum.
JZ : jumlah gram atau mililiter zat yang dibutuhkan untuk kali percobaan.
FP : frekwensi pengulangan percobaan.
25% : persediaan alat dan bahan untuk percobaan yang gagal.


Pereaksi

Pengetahuan tentang pereaksi sangat perlu karena banyak percobaan memerlukan ketelitian dan ketepatan konsentrasi sehingga percobaan dapat diamati dan berjalan baik. Pereaksi yang berbentuk larutan dapat dibuat dari padatan yang dilarutkan di dalam air atau pelarut lain yang disyaratkan. Pembuatan larutan ini dapat dilakukan secara kuantitatif setelah menghitung konsentrasi yang diinginkan.

Penggolongan beberapa pereaksi berikut ini sangat penting untuk dipahami :

1. Pereaksi S (soluble atau mudah larut) : berupa larutan yang mudah dibuat dengan melarutkan sejumlah zat padatannya.
Contoh : KCl, CaCO3, BaSO4, NaCl, KNO3, CuSO4, KCrO4.

2. Pereaksi H (Hydrizable atau mudah menghidrolisa ) : berupa larutan yang ketika dilarutkan ke dalam air akan langsung menghidrolisa sehingga menghasilkan keadaan yang tidak diharapkan.
Hal demikian dapat diatasi dengan melarutkannya terlebih dahulu ke dalam larutan asam pekat.
Contoh : Untuk membuat SnCl2 0,5 M, 113 gram SnCl2.H2O dilarutkan dahulu ke dalam 170 mL HCl pekat, kemudian dipanaskan dan diencerkan sampai 1 liter dengan air, sebagai pengawet tambahkanlah keping logam Sn.

3. Pereaksi Hd (Hydrolizable after dilution atau mengalami peristiwa hidrolisa setelah dilakukan pengenceran); berupa larutan zat yang mudah mengalami kekeruhan setelah pengenceran. Hal ini dapat diatasi dengan menambah sedikit asam pekat sesuai dengan sisa asam yang tertulis pada rumus kimianya.
Contoh : CuSO4, HgSO4.

4. Pereaksi Ex (Exotermic atau mengalami panas ) ; berupa larutan yang ketika pembuatannya menghasilkan panas yang banyak. Hal ini dapat diatasi dengan menempatkannya di dalam bejana berisi air dingin.
Contoh : pembuatan H2SO4 encer dari larutan pekatnya, pembuatan larutan NaOH dari NaOH pekat.

5. Pereaksi En (Endotermic atau menerima panas) : berupa larutan yang ketika dibuat menjadi dingin atau harus memerlukan panas sedikit, hal ini dapat dihindari dengan pemberian sedikit pemanasan untuk menghindarkan pecahnya gelas beaker karena perubahan suhu yang tiba-tiba.
Contoh : pembuatan dan reaksi NH4Cl, NH4SCN.


6. Pereaksi Hy (Hygroscopic atau menarik air) ; berupa padatan atau larutan yang apabila penyimpanannya kurang tertutup baik, akan mengembang karena menyerap air dari udara, sehingga konsentrasinya menurun.
Contoh : Silika Gel, CaCl2, H2SO4.

7. Pereaksi Po (poluted atau mudah tercemar) berupa larutan yang mudah bereaksi atau teroksidasi-reduksi oleh gas dalam udara seperti CO2, NH3 dan lain-lain.

8. Pereaksi Ev (Evapourted atau mudah menguap) ; berupa larutan yang zat pelarutnya mudah menguap pada suhu kamar.
Contoh : HCl, NH4OH, HNO3, H2SO4, Formalin, Alkohol, H2O2.

9. Pereaksi Ox (Oxidizable atau mudah teroksidasi) : berupa larutan yang dapat segera berubah kemurnian atau warnanya bila terkena udara langsung atau zat oksidator.

10. Pereaksi Re (Reduceable atau mudah tereduksi) : berupa larutan yang mudah berubah kemurniannya karena sifat oksidatornya yang kuat.
Contoh : KMnO4, H2O2.

11. Pereaksi Bc (Bacterizable) atau mudah rusak karena bakteri)
Contoh : Gelatin, glukosa, dextrosa, karbohidrat dan lain-lain.

12. Pereaksi Pc (Photochemical atau mudah berubah karena pengaruh cahaya) ; berupa larutan atau padatan yang mudah dan rusak oleh cahaya karena reaksi fotokimia. Chemicalien ini harus disimpan dalam botol berwarna gelap.
Contoh : AgNO3, KMnO4, AgCl.

13. Pereaksi Rm-1 (ready made atau harus dibuat baru) : pereaksi ini harus dibuat segar atau baru karena mudah berubah atau tidak efektif bereaksi bila telah lama.
Contoh : KMnO4, Na3Co(NO2)6.

14. Pereaksi Rm-2 (ready mixed atau baru dicampur bila akan digunakan) ; berupa larutan yang apabila akan direaksikan harus dicampur dahulu dan bila campuran tidak berurutan dapat memberikan kelainan hasil reaksi.
Contoh : larutan Fehling

15. Pereaksi In (indikator atau zat penunjuk); berupa larutan khusus yang konsentrasinya rendah sekitar 0,1 sampai 1%.
Contoh : Fenolftalein, Brom Timol Biru, Metil merah.

16. Pereaksi Sp (special atau khusus); adalah larutan yang zat terlarutnya khusus dan kegunaannya juga khusus.
Contoh : Nesler, Hopkins Cool, Schif, yang umumnya pereaksi organik.

17. Pereaksi Ic (inconvensional atau istimewa); adalah larutan yang pembuatannya sedikit sulit, dan kalau tidak digunakan, tidak akan dibuat karena harganya yang mahal.
Contoh : Seng Uranil Asetat.


C. Tata cara percobaan/praktikum dan petunjuk atau penuntunya

Tata cara atau prosedur praktikum adalah aturan main dalam melakukan kegiatan di laboratorium. sedangkan petunjuk adalah buku yang memuat langkah-langkah eksperimen dan pengamatan sesuai lembar kerja yang diharapkan. Isi penuntun percobaan atau setiap eksperimen dapat disusun sesuai garis besar yang ditetapkan oleh lembaga yang bersangkutan atau umumnya mempunyai garis besar sebagai berikut :

1. Dasar teori atau tinjauan pustaka.
2. Alat dan bahan yang diperlukan.
3. Cara kerja.
4. Lembar kerja, pengamatan, tabel isian.
5. Pertanyaan.
6. Hitungan dan
7. Tugas.

Kemudian dapat pula didahului dengan pertanyaan-pertanyaan pra-eksperimen. Hal ini dapat menghindarkan siswa dari ketidaksiapan pengetahuan sekitar eksperimen yang akan dilakukan. Kemudian disertai rangkaian atau gambar rangkaian alat serta tugas untuk persiapan bahan dan alat sebelumnya. Di dalamnya harus dijelaskan ada tidaknya kemungkinan negatif seperti kecelakaan karena alat atau bahan dan kegagalan lainnya. Dan diakhiri dengan daftar pustaka.


D. Administrasi Penggunaan Alat Dan Bahan.

Praktikan atau siswa yang akan praktikum harus mempersiapkan dulu rencana alat yang akan dipakai dan untuk dipinjam melalui laboran dengan mengisi formulir peminjaman alat. Adapun contoh bentuk formulir peminjaman alat seperti berikut :






















Gambar II.3 : Contoh form untuk peminjaman alat


Sedangkan contoh formulir permintaan bahan praktikum seperti berikut ini :



















Gambar II.4 : Contoh form permintaan bahan







Formulir kontrol

Formulir ini berguna untuk mengontrol kondisi alat, jumlah alat dan bahan serta sirkulasinya dalam pinjam-meminjam. Formulir kontrol tersebut bervariasi bentuk dan susunannya, sebagai contoh :





















Gambar II.5 : Contoh Formulir kartu kontrol

Kartu kontrol sebaiknya dihimpun dalam satu kota dengan klasifikasi menurut jenis/macamnya sebagai contoh : Kartu kontrol yang memuat alat yang terbuat dari kaca dipisahkan dari kartu kontrol yang memuat data alat dari bahan lain. Demikian juga bahan sebaiknya sesuai dengan wujud dan jenisnya. Hal demikian untuk mempermudah dalam pengecekan setelah diberi simbol khusus.
Kegunaan dari kartu kontrol ini adalah untuk memonitor stok alat/bahan, untuk pemeriksaan alat/bahan terkait kondisi dan jumlahnya, untuk pengusulan pengadaan bila habis atau rusak.


E. Organisasi Pengelola Laboratorium
Organisasi pengelolaan laboratorium ini perlu dipajang di dinding laboratorium yang mudah dipandang mata dan dibaca. Hal ini agar jelas diketahui siap-siapa penanggungjawab yang membawahi dan menangani kegiatan dan keperluan laboratorium. Contoh alur penanggungjawab atau pengelola laboratorium :
































Gambar II.6 : Contoh alur penanggungjawab atau pengelola laboratorium
















BAB III

KEAMANAN DAN KESELAMATAN KERJA
DI LABORATORIUM


A. Penyebab kecelakaan
Kecelakaan terjadi pada pekerjaan apapun, di manapun dan kapanpun bila musibah memang sudah semestinya terjadi. Namun sedikit banyak kita harus dapat mengetahui akan adanya bahaya (waspada) terhadap kemungkinan yang akan terjadi dalam suatu praktikum. Beberapa penyebab terjadinya kecelakaan di laboratorium kimia adalah sebagai berikut :
1. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang alat, bahan dan proses.
2. Kurangnya instruksi dan pengawasan dari pembimbing.
3. Kekeliruan dalam merencanakan atau mendesain prosedur percobaan.
4. Kurang cermat atau tepat dalam merangkai alat.
5. Kurang baiknya pengaman, pelindung badan maupun alat pengaman lainnya.
6. Tidak dipatuhinya instruksi atau aturan tata tertib.
7. Tidak cermat dan teledor dalam melakukan percobaan.

Semua bencana dapat dihindari apabila semua praktikan atau siswa mematuhi tata tertib dan tahu benar tanggungjawabnya.
Usaha untuk menghindarkan diri dari kecelakaan laboratorium tersebut sangat tepat apabila diikuti dengan memadukan tindakan pengamanan sesama kawan sekerja. Yang penting dalam hal ini adalah sikap mental yang siap terhadap zat yang mungkin berbahaya dan tahu apa yang harus dikerjakan bila kecelakaan terjadi.
Upaya pencegahan; beberapa peringatan umum berikut merupakan upaya untuk mencegah terjadinya bermacam-macam kecelakaan yang terjadi di laboratorium :
1. Mendesain tempat kerja serapi mungkin. Hindarkan lorong yang sesak, kertas yang berserakan, menyimpan barang pada tempat yang semestinya. Khusus kotak P3K harus mudah dijangkau secara cepat.
2. Setiap praktikan yang menggunakan lab harus tahu persis tempat dan cara penggunaan perlengkapan darurat, pemadam kebakaran dan pencuci mata.
3. Gunakan alat atau tabir pelindung yang sesuai dan tepat dalam melakukan percobaan seperti penggunaan masker, kacamata pelindung atau noise filter.
4. Meneliti jika kemungkinan timbul bahaya pada percobaan yang akan dilakukan.
5. Memberi tanda peringatan yang jelas di dekat setiap alat, reaksi atau kondisi yang berbahaya.
6. Membuang bahan buangan pada tempat khusus. Bahan buangan tersebut misalnya cairan, kaca, sobekan kain, kertas dan lain-lain.
7. Menjaga agar suasana praktikum tenang dan tetap waspada bila ada kecelakaan. Melaporkan kejadian yang terjadi pada pembimbing bila ada yang terluka sehingga dapat segera diatasi.
8. Membuat catatan terinci mengenai terjadinya kecelakaan yang terjadi di laboratorium. Contoh catatan mengenai terjadinya kecelakaan adalah sebagai berikut :

Tanggal Jenis kecelakaan Nama Cara mengatasi




Gambar III.1 : Contoh catatan mengenai terjadinya kecelakaan


Perlengkapan keamanan; perlengkapan keamanan dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu :
1. Perlengkapan pengaman untuk melindungi orang dan barang dalam keadaan darurat atau kejadian yang tidak terduga.
2. Perlengkapan pengaman untuk melindungi diri dari kecelakaan yang telah dapat diduga sebelumnya.
Perlengkapan untuk keadaan darurat harus disediakan sedini mungkin misalnya alarm, pemadam kebakaran, keran air/pancur, botol cuci mata, pasir, pintu darurat dan karung basah.
Untuk bahan yang bersifat korosif atau dapat menimbulkan pencemaran, perlindungan diberikan secara instruksi untuk hati-hati dan menggunakan pelindung celemek, jas lab, sarung tangan, kaca mata pelindung, sepatu dan tabir atau layar pelindung.

B. Sumber Kecelakaan.
Sumber kecelakaan bukan hanya disebabkan oleh bahan kimia saja, tetapi juga karena proses mekanis, listrik, biologis, radioaktif, api dan lain-lain.

1. Bahaya bahan kimia
Pada beberapa botol chemicalien dari pabrik yang membuat, biasanya tercetak pada label atau etiket mengenai gambar lambang bahaya dan keterangan laian mengenai kepekatan, konsentrasi, wujud zat dan campurannya. Untuk gambar lambang zat-zat dalam label seperti berikut ini :

a. Gambar Lambang E (Explosive atau mudah meledak)
Suatu simbol dengan lambang bulatan pecah dan memancarkan energi panas. Zat ini dapat meledak pada kondisi tertentu. Perlu diperhatikan untuk dihindarkan dari pukulan atau tumbukan, perubahan tiba-tiba atau guncangan, gesekan, bunga api, percikan dan panas.


b. Gambar: Lambang O (Oxidizing substance atau zat yang dapat mengoksidasi).
Gambar bulatan dengan nyala api. Zat ini dapat membakar atau memperhebat api sehingga sulit dipadamkan. Jauhkan dari bahan yang mudah terbakar.
Contoh : KMnO4, Na2O, Benzena, spiritus alkohol dan lain-lain.

c. Gambar Lambang F (flameable atau mudah menyala)
Zat ini sangat mudah menyala bersama, oleh karena itu, hindarkanlah dari kontak dengan udara.
Contoh :
a) Alkil-alkil Aluminium Argometana
b) Butana, berwujud gas dan mudah menyala.
c) Propana bersifat mudah menyala
d) Litium(Li), Natrium (Na), Natrium Boro Hidrida
bersifat membentuk gas dan menyala bila kena air.
e) Bensin dan cairan yang mudah menyala di bawah
21oC. Hindarkanlah dari percikan bunga api.

d. Gambar Lambang T (Toxic).
Zat ini sangat berbahaya jika terhisap masuk melalui pernapasan atau kulit, karena dapat mengakibatkan kematian bila dalam konsentrasi kecil.
Usaha mengatasinya : Hindarkan kontak langsung dengan tubuh dan langsung periksa ke dokter bila merasa ada kelainan.
Contoh :
- Arsen Tri Oksida (As2O3)
- Merkuri Fluorida, Merkuri Klorida (Sublimat; HgCl) dan logam-logam berat lainnya.

e. Gambar Lambang Xn (Harmful atau merugikan).
Zat ini bisa menimbulkan kerusakan bila terabsorpsi oleh badan.
Upaya mengatasinya :
Hindarkanlah kontak dengan tubuh, jangan menghisap uapnya, segera minta pertolongan dokter bila ada kelainan.

f. Gambar Lambang C (Corrosive)
Zat ini dapat merusak jaringan tubuh maupun alat.
Upaya mengatasinya :
Hindarkanlah kontak langsung dengan kulit, jangan diisap, jangan sampai menyentuh pelindung yang terbuat dari plastik dan serat.
Contoh :
Fluor water, Brom, asam sulfat, asam klorida, asam nitrat dan lain-lain.

g. Gambar Lambang Xi (irritating)
Zat ini dapat menyebabkan sakit pada kulit, mata dan organ pernapasan.
Upaya mengatasinya :
Jangan dihisap, hindarkan kontak langsung.
Contoh :
Larutan amonium benzil klorida

Bahan-bahan di atas harus disimpan secara tunggal dan tidak bercampur, karena uapnya dapat menjadi zat yang berbahaya.
Berikut ini daftar zat-zat atau bahan kimia dari campuran-campuran zat yang dapat berbahaya.


Tabel III.1 : Daftar zat-zat atau bahan kimia dari campuran-campuran zat yang dapat berbahaya

No Bahan Kimia Berbahaya bila tercampur dengan
1 Asam asetat Asam kromat (H2CrO4), asam nitrat (HNO3), senyawa-senyawa hidroksil, etilen glikol, asam perklorat, peroksida-peroksida dan permanganat.
2 Asetil klorida Air, metanol, etanol dan zat-zat alifatik suhu rendah
3 Asetilen Klor, brom, tembaga, fluor, perak dan air raksa
4 Logam alkali : Li, Na, Al, Mg Air, karbon tetraklorida, dan hidrokarbon terklorasi lainnya, karbondioksida, halogen dan lain-lain.
5 Amonium anhidrous Raksa yang terdapat dalam manometer atau lainnya, klor, kalsium, hipoklorit, yodium, brom, asam hipofluorat (anhidrous)
6 Amonium nitrat Asam-asam, logam serbuk, cairan yang mudah terbakar, macam-macam klorat, nitrit, belerang dan bahan organik yang mudah terbakar.
7 Anilin Asam nitrat, hidrogen peroksida
8 Karbon teraktivasi klor atau brom Kalsium hipoklorat, macam-macam oksidator, amonia, asetilin, uap bensin, hidrogen, natrium karbida, terpentin, benzen dan logam
9 Macam-macam klorat dan perklorat Asam sulfat, bahan yang mudah teroksidasi, Al, P, S, Pb, garam-garam aonia, gula dan PbS.
10 Asam kromat Asam asetat, naftalen, kamfera, gliserin, terpentin, alkohol dan cairan yang mudah terbakar.


Daftar pernyataan resiko bahaya (risk phrases) yang diterbitkan sebagai Peraturan Pemerintah Federal Jerman mengenai resiko dan pengamanannya (safety precaution) seperti berikut ini :





Tabel III.2 : Daftar pernyataan resiko bahaya yang diterbitkan sebagai peraturan Pemerintah Federal Jerman

Pernyataan resiko bahaya
1 R1 Meledak bila kering
2 R2 Resiko ledakan karena shock (guncangan, kejutan), karena gesekan, api terbuka atau sumber pembakaran/nyala
3 R3 Resiko ledakan yang hebat yang disebabkanshock (kejutan), gesekan api terbuka, atau sumber pembakaran/nyala.
4 R4 Membentuk senyawa metalik eksplosif (dapat meledak)
5 R5 Pemanasan dapat menimbulkan ledakan
6 R6 Meledak bila kontak dengan udara atau tanpa udara.
7 R7 Dapat menimbulkan api
8 R8 Bila kontak dengan bahan yang mudah terbakar, dapat menimbulkan api


Tabel III.3 : Daftar gabungan pernyataan resiko bahaya

(Combination of Risk Phrases)
1 R14/15 Bereaksi hebat dengan air dan menghasilkan gas yang mudah menyala.
2 R15/29 Bila kontak dengan air menghasilkan gas beracun yang sangat mudah menyala
3 R20/21 Berbahaya bila terhisap dan mengenai kulit atau masuk tubuh.
4 R20/22 Berbahaya bila terhisap dan masuk tubuh.
5 R21/22 Berbahaya bila terkena kulit dan masuk tubuh.
6 R20/21/22 Berbahaya bila terhisap atau masuk tubuh
7 R23/24 Bersifat racun bila terhisap dan terkena kulit
8 R24/25 Bersifat racun bila kontak dengan kulit atau masuk tubuh
9 R23/25 Bersifat racun bila terhisap dan masuk tubuh
10 R23/24/25 Bersifat racun bila terhisap, kena kulit dan masuk tubuh.
11 R26/27 Sangat bersifat racun bila terhisap atau kena kulit.
12 R27/28 Sangat bersifat racun bila kena kulit atau masuk tubuh
13 R26/28 Sangat bersifat racun bila terhisap atau masuk tubuh
14 R26/27/28 Sangat bersifat racun bila terhisap, kena kulit atau masuk tubuh.

Tabel III.4 : Daftar pernyataan cara pengamanan
(Safety phrases)
1 S1 Harus ditutup dengan baik
2 S2 Hindarkan agar jangan mudah diraih anak.
3 S3 Tempatkan pada tempat yang dingin
4 S4 Jauhkan penempatannya dari dari daerah yang dihuni orang atau ternak
5 S1/2 Tutup baik-baik dan jangan mudah diraih anak
6 S3/9 Tempatkan pada tempat dingin dengan ventilasi yang baik.
7 S3/7/9 Tutup wadah rapat-rapat dan tempatkan pada tempat dingin dan berventilasi.
8 S7/8 Tutup wadahnya rapat-rapat dan jaga tetap kering

Tabel III.5 : Daftar zat dengan kode bahaya, resiko bahaya dan cara pengamanan (Hazardous Substance)
Asam asetat 99%-100% C R 10-23 S 2-23-26
Amonia T/C R 10-23 S 7/9-16-38
Arsen dan senyawanya T R 23/25 S 1/2 -20/21-28-44
Barium peroksida F R 8-20/22 S 13-27
Brom C R 26-35 S 7/9-26

Daftar selengkapnya dapat dilihat pada brosur yang dikeluarkan oleh pabrik pembuatnya (Merck German).


PETUNJUK TENTANG BAHAN KIMIA YANG BERBAHAYA

Bahan kimia sangat berbahaya apabila tidak ditangani secara tepat. Bahan kimia tersebut bisa bersifat toksik (toxic), mudah terbakar (flammable), korosif (corrosive) atau reaktif (reactive). Bahan-bahan kimia tersebut memiliki tingkat keberbahayaan yang bervariasi, ada yang berbahaya sekali, ada yang sedang dan ada juga yang kurang berbahaya. Supaya kita dapat bekerja secara aman dengan bahan kimia yang kita hadapi, maka kita perlu mengetahui sifat-sifat bahan kimia tersebut. Informasi mengenai sifat-sifat bahan kimia dan peringatan-peringatan terhadap suatu bahan kimia, dapat kita lihat di label dan di dalam MSDS (Material safety Data Sheet).

Toksisitas
Menurut paracelsus, seorang dokter bedah militer dan ahli kimia, menyatakan bahwa “segala sesuatu itu beracun, tidak ada yang tidak beracun”. Suatu zat dapat berbahaya bagi lingkungan makhluk hidup. Tetapi kaitan yang kompleks terjadi di antara suatu zat dan efek fisiologinya pada manusia. Faktor yang utama meliputi : dosis, jalur masuknya zat dan banyak lagi faktor lainnya.
Dosis terkait dengan jumlah zat yang mengenai bagian tubuh manusia dan lama terkenanya zat tersebut.
Sedangkan jalur masuknya zat ke dalam tubuh manusia dapat melalui empat jalan yaitu dengan cara :
□ Menghirup Zat (inhalation) yaitu melalui jalur pernapasan.
□ Menelan zat (ingestion) yaitu melalui jalur pencernaan.
□ Absorpsi (absorption), yaitu melalui penempelan pada bagian tubuh yang terbuka, misalnya pada bagian kulit yang terbuka atau pada bola mata.
□ Penyuntikan (injection), yaitu zat masuk melalui suatu celah yang dibuat pada kulit dengan benda yang tajam, misalnya melalui jarum suntik.

Beberapa efek dari keracunan suatu zat adalah :
□ Keracunan akut
Dikarakterisasi dengan cepatnya suatu zat bergabung. Terkadang, dampak yang ditimbulkannya mendadak, dapat menimbulkan rasa sakit, dan bahkan berakibat fatal. Biasanya, kontak satu kali saja dengan zat tersebut, sudah bisa menimbulkan efek. Contohnya keracunan karbon monoksida dan keracunan sianida.
□ Keracunan Kronis
Dikarakterisasi dengan kontak yang berulang dalam waktu ukuran bulan atau tahun. Gejalanya tidak langsung terlihat secara nyata. Contoh keracunan tembaga atau merkuri, kontak dengan pestisida.
□ Efek sinergis yang disebabkan oleh zat yang berada dalam bentuk kombinasi.
Efek yang ditimbulkan oleh dua atau lebih zat berbahaya yang berada bersama menimbulkan efek yang lebih besar dari pada efek yang ditimbulkan oleh zat itu dalam keadaan sendiri. Contoh kontak dengan pelarut alkohol dan pelarut yang mengandung klor. Efek yang berlawanan dari dua atau lebih zat (efek antagonis) juga mungkin terjadi.

□ Alergi
Suatu zat yang menghasilkan reaksi imunologi (alergi) disebut alergen, dan zat ini bisa kita jumpai di laboratorium. Gejala seperti asma atau dermatitis merupakan tipe reaksi alergi.

Zat kimia yang beracun dapat terserap secara langsung melalui kulit. Sehingga, gunakan sarung tangan bila menangani bahan kimia, lepaskan sarung tangan setelah diperintahkan oleh instruktur dan cucilah tangan setelah melepaskan sarung tangan.

SUMBER INFORMASI

Material Safety Data Sheets (MSDS) atau lembar data keselamatan bahan.
Badan kesehatan dan keselamatan kerja Amerika Serikat (Occupational Safety And Health Administration = OSHA) menyatakan bahwa suatu bahan kimia berbahaya sebagai bahan kimia yang berbahaya pada penggunaan normal ataupun pada kondisi darurat yang dapat diduga.
MSDS suatu bahan kimia, menjelaskan tentang bahayanya dan peringatan yang harus diperhatikan, untuk menghindari bahaya bahan tersebut. OSHA mengharapkan semua perusahaan atau badan usaha menyediakan MSDS untuk bahan kimia yang berbahaya kepada pekerja yang memerlukannya.
OSHA tidak mensyaratkan MSDS dalam format khusus atau urutan isinya, tetapi, MSDS harus memuat :
□ Nama bahan kimia berbahaya (apabila campuran, harus memuat nama komponennya).
□ Beberapa sifat fisika dan sifat kimia bahan kimia, misalnya tekanan uap, titik didih dan densitas.
□ Bahaya fisik bahan kimia yang berbahaya. Misalnya : dapat terbakar atau meledak.
□ Bahaya kesehatan. Misalnya apakah korosif, menimbulkan iritasi, atau membahayakan ginjal.
□ PEL (permisive exposure limit) atau batas kontak dengan bahan kimia yang diizinkan dan TLV (threshold limit value) atau nilai ambang batas.
□ Dapat atau tidak bahan kimia tersebut menyebabkan kanker.
□ Petunjuk pengambilan ketika akan menggunakan bahan tersebut.
□ Teknik kerja dan perlengkapan yang harus digunakan.
□ Keadaan darurat dan prosedur pertolongan pertama.
□ Tanggal pembuatan
□ Nama perusahaan yang memproduksi.

Suatu MSDS dibagi menjadi bagian-bagian yang membahas daftar topik-topik yang dianjurkan oleh OSHA. Bagian tersebut adalah : nama bagian-bagian itu meliputi : identifikasi produk, komponen bahan berbahaya, data fisika, informasi bahaya kesehatan, data bahaya kebakaran dan peledakan, data reaktivitas, perlengkapan pelindung yang digunakan, prosedur ketumpahan atau kebocoran, informasi khusus, peringatan yang lain, dan keterangan. Urutan bagian tersebut dan isinya tergantung dari perusahaan
Sebagai salah satu bentuk usaha dalam memahami MSDS, penjelasan berikut mungkin bisa membantu. Istilah berikut ini digunakan pada beberapa MSDS :
 CAS Registration Number atau nomor registrasi CAS
Jasa layanan abstrak bahan kimia (Chemical Abstract Service = CAS) memberi nomor pada tiap-tiap penemuan atau sintesis yang diketahui, yang disebut dengan nomor registrasi CAS (CAS Registration Number).
 Ceiling Limit atau batas maksimum
Beberapa bahan kimia berbahaya dikarakterisasi dengan ceiling limit. Ceiling limit adalah suatu konsentrasi dalam ppm atau miligram per meter kubik (mg/m3) yang tidak boleh terlewati pada suatu rentang waktu, umumnya 15 menit.

 Chemical Name atau nama kimia
Nama kimia yang dipakai biasanya dalam IUPAC, atau nama kimia yang diberikan oleh CAS. Tetapi, nama perdagangan atau nama umum juga sering dipakai. Misalnya nama etilen glikol lebih diterima daripada nama IUPAC nya yaitu 1,2- etanadiol.

 Composition of mixture atau komposisi campuran.
Meliputi semua komponen yang berbahaya yang berada pada konsentrasi lebih besar dari 1% dan komponen karsinogen yang berada pada konsentrasi lebih besar dari 0,1%.

 Control Measures atau tindakan penanganan bahan tersebut
Berisi daftar jenis pakaian pelindung, sarung tangan dan perlindungan pernapasan. Apabila suatu bahan harus ditangani pada kondisi tertentu atau dalam ruang tertentu, maka hal tersebut harus dinyatakan dalam bagian ini.

 Fire and Explosion Hazard Data atau data bahaya kebakaran dan peledakan.
Informasi dalam bagian ini meliputi :
■ Flash point atau titik nyala
Yaitu suhu terendah di mana uap bahan kimia dapat menyala oleh nyala api ketika bahan kimia dipanaskan secara perlahan dengan alat tertentu.
■ Autoignition temperature atau suhu bahan kimia menyala dengan sendirinya.
Adalah suhu terendah di mana bahan kimia dapat menyala secara spontan di udara.
■ Flammable limit atau batas terbakar
Semua bahan kimia volatil yang mudah terbakar, memiliki konsentrasi uap minimum dan maksimum di udara, di atas atau di bawah konsentrasi tersebut, yang tidak dapat dinyalakan. Flammable limit adalah nilai rata-rata yang dinyatakan dengan persentase volume di udara, biasanya pada tekanan atmosfer dan suhu udara ambien. Sebagai catatan, apabila suhu udara naik, maka flammable limit bagian bawahnya turun dan flammable limit bagian atasnya naik. Naiknya tekanan juga akan menyebabkan tutunya flammable bagian bawah dan naiknya flammable limit bagian atas.
■ Recommended extinguishing media atau alat pemadam yang dianjurkan
Bahan-bahan kimia (misalnya magnesium), akan terbakar lebih hebat apabila air dan karbondioksida digunakan sebagai pemadam.

 First aid atau pertolongan pertama
Menjelaskan prosedur pertolongan pada keadaan emergensi.

 Health Hazard Data atau Data bahaya kesehatan yang meliputi :
■ LD50 (lethal dose fifty) yaitu dosis bahan kimia yang dinyatakan dalam miligram tiap kg (mg/kg) berat badan hewan yang diharapkan dapat membunuh 50% hewan percobaan tersebut dalam waktu tertentu.
■ LC50 (lethal concentration fifty)
Yaitu konsentrasi bahan kimia di udara yang dinyatakan dalam ppm untuk gas dan uap atau mg material per liter (mg/lt) udara (untuk bubuk dan kabut), yang diharapkan dapat membunuh 50% hewan percobaan pada waktu tertentu, melalui penghirupan.

 Permissible exposure limit (PEL) atau batas kontak dengan bahan kimia yang diizinkan.
Merupakan konsentrasi maksimum bahan kimia (dalam ppm atau mg/m3) dalam udara pernapasan, yang tidak berbahaya ketika dihirup oleh seorang pekerja dewasa selama 8 jam sehari, 40 jam seminggu, selama menjalankan pekerjaannya.

 Physical/Chemical properties atau sifat fisika dan sifat kimia bahan yang meliputi :
■ Boiling point (titik didih)
Biasanya dinyatakan dalam derajat celcius atau Fahreinheit, biasanya pada tekanan atmosfer. Terkadang juga tekanannya diturunkan.
■ Melting point (titik lebur), biasanya juga dinyatakan dalam derajat celcius atau Fahreinheit.
■ Vapour pressure (tekanan uap)
Biasanya dinyatakan dalam torr pada suhu tertentu atau apabila tidak dinyatakan secara pasti, maka suhunya adalah suhu kamar rata-rata.
■ Specific gravity (berat jenis)
Yaitu kerapatan bahan kimia dibandingkan dengan kerapatan air, pada suhu tertentu, atau kalau tidak ditentukan suhunya, maka suhunya adalah suhu kamar rata-rata.
■ Solubility (kelarutan)
Nilai yang dicantumkan biasanya adalah kelarutannya di dalam air kecuali bila disebutkan lain.
■ Appearance and odor atau wujud dan bau
Kenampakan meliputi padat, cair gas, kristalin, warna, amorf. Sedangkan bau dikaakterisasi dengan apakah mempunyai bau yang menyengat, harum atau tidak.
■ Evaporation rate atau kecepatan evaporasi
Biasanya relatif terhadap n-butil asetat atau zat volatil lainnya.

 Precaution for spill and clean up atau tindakan pencegahan ketumpahan dan pembersihan bahan kimia.
Berisi uraian tentang cara yang tepat dalam membersihkan ketumpahan bahan kimia.

 Reactivity atau reaktivitas
Suatu bahan kimia dapat bereaksi secara hebat dengan bahan kimia lain atau dapat bereaksi sendiri. Reaktivitas bahan kimia dijelaskan pada bagian ini.

 Short-term exposure limit (STEL) atau batas kontak dengan bahan kimia dalam jangka pendek
Yaitu suatu bilangan yang menyatakan konsentrasi suatu bahan kimia (dalam ppm atau mg/m3), yang tidak boleh berada melebihi periode jangka pendek (biasanya 15 menit).

 Target Organ atau organ tubuh yang rentan terhadap efek dari bahan kimia tersebut, misalnya ginjal, mata, hati dll.

 Time-weighted Average (TWA) atau rata-rata waktu terhitung
Sebenarnya, pekerja yang kontak dengan bahan kimia harus diukur dan dirata-ratakan lebih dari 8 jam sehari. Apabila TWA tidak melebihi nilai PEL dan TLV, maka kondisi ini tidak membahayakan pekerja. Mungkin bisa terjadi untuk satu atau lebih periode jangka pendek selama hari kerja, batas PEL atau TLV dapat dilampui meskipun TWA tidak terlampaui..

 Threshold Limit Value (TLV) atau Nilai ambang batas, yaitu batas konsentrasi. Hampir sama dengan PEL, hanya saja TLV ditetapkan oleh konferensi para ahli kesehatan industri Pemerintah Amerika (American Conference of Governmental Industrial Hygienist = ACGIH), bukan oleh OSHA. Setiap tahun, ACGIH memperbarui daftar TLV. Sedangkan PEL jarang direvisi. Daftar bahan kimia yang telah ditetapkan TLV nya, mencakup semua bahan kimia yang telah ditetapkan PEL nya. Nilai numeris beberapa batas TLV untuk bahan kimia yang sama, berbeda dengan batas PEL
LABEL
Sebagian besar label pada wadah bahan kimia sesuai dengan persyaratan edisi terbaru dari standar ANSI (American National Standar Institute) untuk bahan kimia industri berbahaya, dalam hal pelabelan, untuk tindak pencegahan. Standar ini mengharuskan, setiap label harus mengandung :
□ Nama bahan kimia yang dicantumkan pada label wadah.
□ Satu dari tiga kata peringatan (Danger, Warning, Caution) untuk mengetahui tingkat bahaya bahan kimia









□ Bahaya terduga yang mendasar dari bahan kimia yang terlihat ketika digunakan pada ruang kerja industri.
□ Tindakan pencegahan yang akan melindungi pengguna dari efek bahayanya.
□ Tindakan pertolongan pertama untuk mengurangi atau mencegah bahaya yang lebih serius sebelum ditangani oleh tindakan medis.
□ Petunjuk apabila terjadi kebakaran.
□ Teknik menangani ketumpahan atau kebocoran.
□ Petunjuk apabila bahan kimia memerlukan penanganan atau penyimpanan yang tidak seperti biasanya.
□ Nama, alamat dan nomor telepon perusahaan atau pemasok bahan.

Pembacaan MSDS dan Label
Berikut penjelasan frase yang digunakan pada MSDS dan label beserta pencegahannya :

Tabel III. 6 : frase yang digunakan pada MSDS dan label beserta pencegahannya
Frase atau istilah Penjelasan Tindakan pencegahan
(May Cause) allergic skin reaction atau mungkin dapat menyebabkan reaksi alergi kulit Apabila tubuh kita sensitif, kontak kulit dengan bahan kimia yang terlalu lama atau berulang-ulang, dapat menyebabkan reaksi alergi Hindari kontak terlalu lama dan terlalu sering dengan bahan kimia, cucilah semua bagian tubuh, meskipun kita yakin tidak terjadi kontak dengan kulit.
(May Cause) allergic respiratory reaction atau mungkin dapat menyebabkan reaksi alergi pernapasan Apabila tubuh kita sensitif, menghirup bahan kimia yang terlalu lama atau berulang-ulang, dapat menyebabkan reaksi alergi Digunakan hanya dengan pelindung laboratorium, jangan menghirup bubuk, kabut, atau uap. Usahakan wadah selalu tertutup.
Avoid Breathing (vapor, mist, dust) atau Hindari menghirup uap, kabut atau bubuk. Apabila terhirup, kemungkinan dapat menyebabkan bahaya. Berusaha selalu memberi perhatian ketika menggunakan atau menangani bahan kimia untuk menghirup uap, kabut, bubuk. Berusaha agar wadah selalu tertutup ketika tidak digunakan.
Avoid Contact with eyes atau hindari kontak dengan mata Dapat menimbulkan iritasi mata dan dalam beberapa kasus dapat menyebabkan kebutaan. Pakai kaca mata pengaman (Goggles). Apabila bahan kimia mengenai mata, segera cuci mata dengan air yang banyak minimal selama 15 menit sambil menunggu kedatangan dokter. Lepaskan kaca mata ketika membasuh mata.
Avoid Contact with skin or clothing atau hindari kontak dengan kulit atau pakaian. Kontak dengan kulit bisa membahayakan. Dan apabila menempel pada pakaian dapat berpindah ke kulit. Bila terjadi kontak, cucilah kulit dengan, lepaskan pakaian yang terkena bahan tersebut, cucilah pakaian tersebut terpisah dengan pakaian lain
Carcinogen atau Karsinogen Dapat menyebabkan kanker Berusaha keras untuk selalu perhatian ketika menggunakan atau menangani bahan kimia ini dan hanya dilakukan di dalam area laboratorium. jangan menghirup uap, hindari kulit, mata dan pakaian kontak dengan bahan ini dengan cara memakai perlengkapan pelindung.
Cause (severe) eye burn atau mungkin dapat menyebabkan mata terbakar. Bila terkena mata, dapat menyebabkan kerusakan serius atau kebutaan. Gunakan kaca mata pengaman atau pelindung muka, Apabila bahan kimia mengenai mata, segera cuci mata dengan air yang banyak minimal selama 15 menit sambil menunggu kedatangan dokter. Lepaskan kaca mata ketika membasuh mata
Combustible atau mudah terbakar Adanya uap dapat menyebabkan terbakar di bawah kondisi kerja. Jaga agar wadah selalu tertutup, jagalah cairan dan padatan jauh dari api dan sumber kebakaran.
Corrosive atau Korosi Dapat menyebabkan kerusakan jaringan seperti kerusakan peralatan. Gunakan kaca mata pelindung, jangan menghirup uap, hindari kontak bahan ini dengan mata, kulit dan pakaian, gunakan perlengkapan pelindung.
Danger atau berbahaya Memiliki efek yang berbahay Ikuti petunjuk pada MSDS dan label. Penanganan dilakukan dengan sangat hati-hati.
Do not get in eyes atau jangan sampai kena mata. Dapat menyebabkan iritasi atau kebutaan apabila terkena mata. Gunakan kaca mata pengaman atau pelindung muka, Apabila bahan kimia mengenai mata, segera cuci mata dengan air yang banyak minimal selama 15 menit sambil menunggu kedatangan dokter. Lepaskan kaca mata ketika membasuh mata
Do not get in skin atau jangan sampai terkena kulit Menimbulkan bahaya yaitu merusak kulit masuk ke dalam kulit Sebelum menggunakan, letakan selama beberapa menit pada sarung tangan (gloves) yang tahan terhadap bahan kimia ini. Perlu diingat, tidak ada sarung tangan yang tahan dalam jangka waktu yang lama. Segera bersihkan kulit yang terkena.
Explosive atau mudah meledak Dapat meledak pada kondisi tertentu. Penanganan dilakukan secara hati-hati. Hindari terjadinya benturan (terpukul atau terjatuh), gesekan, percikan api, nyala, dan panas
Extremely flammable atau sangat mudah terbakar Dengan adanya uap, dengan cepat dapat terbakar di bawah kondisi kerja. Jaga agar wadah selalu tertutup, jagalah cairan dan padatan jauh dari api dan sumber kebakaran
(May be) fatal if inhaled atau mungkin berakibat fatal bila terhirup. Menyebabkan kematian 50% atau lebih hewan percobaan yang menghirup zat ini. Jangan menghirup udara yang mengandung uap, bubuk atau kabut dari zat ini. Gunakanlah hanya dengan perlindungan laboratorium atau gunakan alat pernapasan yang telah dianjurkan oleh dokter.
(May be) fatal if swallowed atau mungkin berakibat fatal bila tertelan Apabila tertelan dalam jumlah yang cukup, akan menyebabkan kematian. Untuk beberapa zat kimia yang sangat toksik, kurang dari 1 gram sudah merupakan jumlah yang cukup. Penanganan dilakukan dengan sangat hati-hati. Cuci semua bagian tangan dan bersihkan sela-sela jari sebelum meninggalkan lab. Apabila menelan atau tertelan bahan ini, segera panggil dokter, jangan melakukan perangsangan untuk memuntahkan kecuali diarahkan langsung oleh dokter
Flammable atau mudah terbakar Dengan adanya uap, dengan cepat dapat terbakar di bawah kondisi kerja Jaga agar wadah selalu tertutup, jagalah cairan dan padatan jauh dari api dan sumber kebakaran
Harmful if inhaled atau berbahaya jika terhirup membahayakan hewan uji yang di kenai bahan ini di dalam udara yang dihirup. Hindari menghirup udara yang mengandung bahan ini.
Harmful if swallowed atau berbahaya jika tertelan Bila tertelan dapat menimbulkan kegelisahan, mual, lemah dan bahaya lainnya. Penanganan dilakukan dengan sangat hati-hati. Cuci semua bagian tangan dan bersihkan sela-sela jari sebelum meninggalkan lab. Apabila menelan atau tertelan bahan ini, segera panggil dokter, jangan melakukan perangsangan untuk memuntahkan kecuali diarahkan langsung oleh dokter
Irritant atau iritasi Memiliki efek iritasi pada kulit, mata atau saluran pernapasan Jangan menghirup uap, bubuk atau kabut dan hindari kontak dengan kulit dan mata.
Keep away from heat, sparks, and flame atau jauhkan dari panas, percikan api atau nyala Uap dapat meledakan atau/dan membakar Jaga wadah selalu tertutup bila tidak digunakan, singkirkan semua sumber kebakaran beberapa radius sebelum menggunakan bahan kimia.
Lachrymator atau menyebabkan keluar air mata Punya efek iritasi atau membakar mata dan berbahaya dalam jumlah yang sangat sedikit (hanya dengan membukanya kelopak mata dapat mengeluarkan air mata). Membuka hanya di dalam perlindungan laboratorium. Hindari kontak dengan kulit dan mata, hindari pemanasan.
Mutagen atau penyebab mutasi Dapat menyebabkan kerusakan kromosom Berusaha keras untuk selalu perhatian ketika menggunakan atau menangani bahan kimia ini dan hanya dilakukan di dalam area laboratorium. jangan menghirup uap, hindari kulit, mata dan pakaian kontak dengan bahan ini dengan cara memakai perlengkapan pelindung
Oxidizer atau pengoksiasi Akan mengoksidasi zat yang mudah teroksidasi seperti zat yang mudah terbakar misalnya agen pereduksi dan mungkin memicu kebakaran. Hindari kontak dengan pakaian dan agen pereduksi, jaga wadah selalu tertutup ketika tidak sedang digunakan.
Peroxide former atau pembentuk peroksida Dapat membentuk peroksida atau hidrogen peroksida dalam keberadaan atau kontak dengan udara Banyak sekali peroksida yang bersifat eksplosif. Jangan membuka wadah bahan pembentuk peroksida tanpa izin dari instruktur, karena tindakan ini akan menyebabkan isinya akan meledak.
Poison atau beracun Memiliki efek racun yang cukup serius dan permanen terhadap tubuh. Zat ini berbahaya ketika dihirup, ditelan atau kontak dengan kulit, dan dalam jumlah tertentu akan menyebabkan kematian. Biasanya dilambangkan dengan tengkorak atau tulang bersilang pada label. Hindari kontak, Berusaha keras untuk selalu perhatian ketika menggunakan atau menangani bahan kimia ini dan hanya dilakukan di dalam area laboratorium. jangan menghirup uap, hindari kulit, mata dan pakaian kontak dengan bahan ini dengan cara memakai perlengkapan pelindung.
Pyrophoric atau mudah tersambar api. Tersambar api secara spontan ketika kontak dengan udara. Kontak bahan ini dengan udara hanya dilakukan apabila telah melakukan tindak pencegahan yang tepat sebelum menangani bahan ini.
Reproductive hazard atau membahayakan sistem reproduksi Menyebabkan teratogenis (kematian sel) atau mutasi. Berusaha keras untuk selalu hati-hati ketika menggunakan atau menangani bahan kimia ini dan hanya dilakukan di dalam area laboratorium. Jangan menghirup uap, hindari kulit, mata dan pakaian kontak dengan bahan ini dengan cara memakai perlengkapan pelindung.
Sensitizer atau penyebab tubuh menjadi sensitif Dapat menimbulkan reaksi alergi pada kontak kedua, ketiga dan seterusnya. Hindari kontak pertama kali dengan bahan ini.
Skin atau kulit Suatu informasi untuk zat yang dapat diserap secara langsung melalui celah kulit dan menimbulkan efek toksik. Hindari kontak dengan kulit, mata dan pakaian. Apabila kontak dengan kulit, cucilah segera daerah yang terkena bahan tersebut.
Teratogen atau kematian sel Menyebabkan cacat kelahiran, kematian janin, gangguan perkembangan. Berusaha keras untuk selalu hati-hati ketika menggunakan atau menangani bahan kimia ini dan hanya dilakukan di dalam area laboratorium. Jangan menghirup uap, hindari kulit, mata dan pakaian kontak dengan bahan ini dengan cara memakai perlengkapan pelindung.
Toxic atau beracun Berbahaya terhadap kesehatan apabila terhirup, tertelan, terinjeksi atau kontak dengan kulit. Dapat menyebabkan kerusakan yang serius bila kontak dalam waktu jangka pendek atau jangka panjang. Hindari kontak dengan badan, jangan menghirup uap, bubuk atau kabut. Gunakan perlengkapan pelindung ketika menggunakan atau menangani bahan ini.
Use with adequate ventilation atau gunakan pada kondisi ventilasi yang cukup. Menghirup uap, kabut atau bubuk bahan kimia ini dapat membahayakan. Usahakan konsentrasi bahan kimia ini di dalam udara pernapasan di bawah PEL atau TLV. Gunakan dan tangani bahan kimia ini dalam perlindungan laboratorium kecuali kita mengetahui kondisi ventilasi dapat menjamin konsentrasi bahan ini berada di bawah PEL atau TLV. Atau alternatif lain, gunakan alat pernapasan yang dianjurkan atau telah disertifikasi.

2. Bahaya Mekanis
Bahaya mekanis adalah bahaya yang ditimbulkan karena alat yang sedang bergerak, seperti mesin, sentrifugal,pipa besi, kran dan lain-lain.
Pencegahan
Hendaknya menempatkan alat serapih mungkin dan tidak kontak dengan tubuh secara langsung.

3. Bahaya Radioaktif
Bahaya ini timbul karena bahan radioaktif yang tidak diberi pelindung, sesuai sifat unsur radioaktif yang selalu mengadakan radiasi/peluruhan sehingga radiasinya bahaya bagi benda/makhluk di dekatnya.
Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan perlakuan khusus yang dipersyartkan misalkan dibungkus dengan bahan yang tebal dan tidak mudah ditembus sinar atau radiasinya.

4. Bahaya Biologis
Zat ini umumnya merupakan substance yang mudah dihinggapi organisme patogen. Penghindarannya dengan mensterilkan zat itu dengan cara : pasteurisasi menggunakan autoclaf, pengasaman, pendinginan dalam lemari es/menambahkan zat pengawet seperti formalin untuk awetan biologis, dan racun-racun hendaknya disimpan dengan etiket yang jelas.

5. Bahaya listrik
Macam-macam bahaya ini adalah : kabel yang terbuka, uluran kawat kabel yang tidak memadai, stop kontak yang rusak, kondensator yang masih bermuatan harus dibuang dulu dengan hubungan pendek sebelum diperiksa, trafo step up dan step down harus diperhatikan karena arus yang keluar dapat melebihi dari yang diharapkan, Accu yang baru disetrum mengkonsentrasikan hidrogen sehingga jika langsung digunakan akan menimbulkan percikan api yang bisa mengakibatkan kebakaran.

6. Bahaya tabung gas
Bahaya ini disebabkan oleh struktur silinder dan isinya. Penghindarannya, tabung harus diklem kuat-kuat di tembok dengan posisi berdiri, jangan memaksa membuka kran yang macet, jangan menggunakan minyak atau gemuk/minyak pelumas bila kran macet karena dapat menimbulkan ledakan, jangan membuka kran langsung mengarah ke badan. Isi tabung gas bermacam-macam : gas permanen (oksigen dan nitrogen). Gas yang dicairkan (CO2, SO2, Cl2, NO) dan gas yang dilarutkan (asetilen dan aseton).

7. Bahaya api
Tiga hal yang dapat menimbulkan api yaitu : bahan bakar, oksigen dan energi panas. Untuk menghindarinya harus menghindari kontak dengan tiga faktor di atas sehingga kebakaran dapat dihindari.
Sumber panas ialah logam panas, reaksi bahan kimia dengan air khusus bahan kimia reaktif (Li dan Na), alat listrik yang terlalu lama digunakan, terjadinya hubungan pendek dan gesekan antardua benda.
Ada empat macam golongan api menurut Sarosa Purwadi dan R.L Tobing yaitu :
Klas A : Api yang disebabkan kertas, kain, karet atau plastik. Alat pemadamnya adalah semprotan air, CO2 atau pemadam api yang lain.
Klas B : Api yang disebabkan oleh cairan yang mudah terbakar misalnya : minyak goreng, parafin, minyak tanah, alkohol, spiritus. Dapat dipadamkan dengan alat pemadam/tabung gas yang disemprotkan, tergantung dari lokasi dan besarnya api. Pemadam dapat berupa : selimut basah, CO2 dan BCP (bromo-chloro-fluoromethane), gabungan ketiganya, pemadam api bus atau serbuk.
Klas C : Api karena listrik. penanggulangannyaadalah putuskanlah arus listrik, apinya dimatikan dengan CO2, atau BCP.
Klas D : Api karena pengaruh logam, biasanya logam serbuk. Pemadamnya gunakan pemadam api serbuk kering.


C. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
Kecelakaan di laboratorium mungkin saja terjadi meskipun peringatan dan perhatian untuk mematuhi petunjuk sebaik-baiknya telah diberikan. Oleh karena itu, orang yang melakukan kerja di lab harus mempunyai pengetahuan yang cukup tentang tindakan-tindakan yang harus diambil bila peristiwa yang diharapkan terjadi.
Beberapa macam kecelakaan di laboratorium kimia dan IPA khusunya seperti berikut :
1. Bahaya terbakar
Terkena api, uap panas dan barang yang panas.
a. Tingkat I : Jika hanya merah, olesi dengan minyak atau salep yang halus dengan perban yang telah dijenuhkan dengan minyak tumbuhan yang murni atau minyak mineral
b. Tingkat II : Jika keluar gelembung, tutuplah bagian gelembung dengan perban steril yang telah diberi minyak cairan atau salep.
c. Tingkat III : Jika jaringan sampai rusak, tutuplah luka dengan perban yang steril dan minta bantuan dokter


2. Mengobati luka tersayat
Bersihkanlah lukanya secara mekanis dengan menggunakan forcep yang steril atau dengan kain tipis/perban yang steril dan beri dengan yodium tincture 3,5% di sekelilignya.
Bila lukanya kecil, cucilah dengan sabun dan air bersih, lalu tutuplah dengan perban steril dan ikatlah dengan tali pembalut.
Bila lukanya dalam dan besar serta mengeluarkan banyak darah, gunakanlah pembalut agar darah tidak banyak keluar di antara bagian sisi yang luka dan bagian tengah luka. Bila darahnya berwarna merah dan mengalir terhenti-henti. Bila darahnya hitam dan mengalir terus, gunakanlah pembalut di antara luka tersebut dan di keliling bidang luka. Tutup luka tersebut dengan perban yang steril lalu minta pertolongan dokter.

3. Pingsan (Collapse)
Telentangkanlah pasien mendatar di atas lantai dan biarkan menghirup uap amonia encer atau garam-garam yang berbau. Stimulasi kulitnya dengan menggosok dengan sikat berbulu keras. Beri air kopi bila pasien tersebut dapat menelan. Bila pernapasan pendek atau tertahan-tahan, dapat dilakukan pernapasan bantuan dengan menghembus melalui mulut atau diberi oksigen 6% dengan CO2.

4. Kecelakaan pada mata
Setiap luka pada mata harus segera mendapat perhatian dokter untuk memperoleh perawatan semestinya. Sebagai tindakan darurat, tetesilah dengan minyak jarak (castor oil), kemudian tutuplah dengan kapas yang tebal lalu dibalut untuk mencegah cahaya agar tidak masuk. Beberapa pertolongan pertama yang lain adalah sebagai berikut :
a. Bila terdapat zat padat pada mata, jika zat tersebut tidak membahayakan, dapat dihilangkan dengan sapu tangan yang diberi air dengan membuka kelopak mata bagian bawah. Jika kotoran itu ada di bagian atas, maka mata harus dikedip-kedipkan di dalam air.
b. Pecahan kaca pada mata, jangan dikeluarkan, tutup dan balut dengan kapas tebal dan bawalah ke rumah sakit mata/umum
c. Zat korosif (asam atau basa) dalam mata : cucilah mata dengan air banyak-banyak. Kedip-kedipkanlah mata dalam air atau miringkanlah mata/kepala dan siram dengan air melalui ujung mata dengan memakai botol pencuci atau air yang mengalir. Jika dengan cara ini mata masih merasa sakit, tutuplah mata dengan kapas tebal, balut pelan-pelan dan bawa ke rumah sakit.

Isi kotak P3K :

1. Pembalut terdiri dari beberapa ukuran
2. Kapas
3. Kain kasa steril
4. Pipet tetes mata
5. Alat pencuci mata
6. Forcep
7. Gunting
8. Plester dengan seng oksida
9. Peniti berbagai ukuran
10. Yodium tincture
11. Merkurokrom
12. Salep gosok
13. Salep untuk luka bakar
14. Boor water (asam borat 1%)
15. Natrium Hidrogen karbonat 1%
16. Asam cuka 1%.








































BAB IV

PERAWATAN ALAT-ALAT DAN BAHAN-BAHAN LABORATORIUM KIMIA

Perawatan adalah kegiatan pemeliharaan terhadap alat dan bahan yang sudah ada di laboratorium berdasarkan pertimbangan pengetahuan alat dan bahan serta proses dan resiko yang ditimbulkannya dengan tujuan pokok alat dan bahan tetap baik, dapat digunakan setidak-tidaknya tidak terlalu menurun kadar kekuatannya dan daya gunanya. Penyimpanan yang baik adalah bagian dari kegiatan perawatan itu, namun karena menyangkut aspek jenis alat dan bahan serta sifat dari alat dan bahan itu, maka kegiatan penyimpanan harus mendapat pertimbangan yang khusus.
Beberapa golongan alat dan bahan dasar alat tersebut adalah sebagai berikut :



Golongan IV.1 : Alat-alat yang terbuat dari kaca/gelas


Keterangan gambar alat golongan I


1. Gelas piala atau gelas beker
2. Corong pnyaring
3. Pipet pengukuran
4. Pipet ukur
5. Buret
6. Labu erlenmeyer
7. Batang pengaduk dari gelas
8. Tabung reaksi
9. Gelas ukur
10. Labu ukur atau labu takar
11. Termometer
12. Labu dasar bulat/godog
13. Botol pencuci
14. Botol pereaksi mulut lebar
15. Kaca arloji
16. Botol pereaksi mulut sempit
17. Tabung pengering
18. Pipet kaca
19. Pipet tetes
20. Pipet bengkok.






Golongan IV.2 : alat-alat yang terbuat dari besi


Keterangan gambar alat-alat golongan II

1. Neraca lengan tiga
2. Pembakar
3. Tang cawan
4. Kasa kawat
5. Ring besi
6. Klem pemegang
7. Klem buret
8. Standar
9. Jepit tabung
10. Jepit
11. Sikat tabung
12. Pemadam kebakaran



Golongan III : Alat-alat yang terbuat dari kayu
Contoh-contohnya : penjepit tabung reaksi, rak tabung reaksi, standar pipet, standar tabung/rak tabung, standar corong, rak alat dan zat, rak pengering labu dan rak buret.

Golongan IV : Alat-alat yang terbuat dari bahan porselin
Contoh-contohnya : cawan panggang/penguap, lumpang dan alu, bak pembakar porselin, segitiga, tungku listrik, plat tetes dan lain-lain.

Golongan V : Alat-alat yang terbuat dari plastik
Contoh-contohnya : gelas kimia plastik 500 mL dan 1 liter, alas gelas ukur, pompa isap air suling, botol semprot, selang plastik dan suntikan plastik.

Golongan VI : Alat-alat yang terbuat dari karet
Contoh-contohnya : selang karet, sumbat botol, pipet tetes, sarung tangan dan lain-lain.

Golongan VII : Alat-alat yang terbuat dari bahan logam dan alat-alat listrik
Contoh-contohnya : transformator, adaptor, power supply, amperemeter, ohmmeter, volt meter, multimeter, neraca listrik, pemanas listrik, penangas listrik, pengaduk listrik, stabilisator tegangan, kipas listrik dan bel listrik.

Golongan VIII : Alat-alat optik
Contoh-contohnya : mikroskop, refraktometer, kalorimeter, teropong, lensa dan cermin, filter cahaya, kamera spektrometer.

Berdasarkan golongan alat-alat tersebut, maka cara perawatan adalah dengan mempertimbangkan kemungkinan mudah rusak bahan dasarnya di samping mudah rusak konstruksi atau rangkaiannya.


A. Sumber kerusakan alat
Semua alat-alat, cepat atau lambat akan mengalami kerusakan bahan ataupun konstruksinya, oleh karenanya perlu diketahui beberapa sumber kerusakan alat tersebut.
1. Udara sebagai penyebab kerusakan
Udara yang mengandung oksigen dan uap air akan membuat barang-barang yang terbuat dari besi akan menjadi berkarat atau terkorosi, sedangkan barang terbuat dari seng, tembaga, kuningan dan lain-lain akan menjadi kusam. Menghindarinya : hindarkan barang tersebut kontak langsung dengan udara, mengecet barang tersebut dengan mani/Pb3O4, memoles dengan vaselin, gemuk/lemak atau dipernis. Jelas yang terbaik adalah menyepuh/melapisi barang tersebut dengan logam tahan karat seperti krom dan nikel. Kelembaban juga menyebabkan terjadinya jamur pada lensa berbagai kualitas yang biasanya tersusun dengan lensa canada atau balsam canada yang dapat ditumbuhi jamur.
Bahan kimia higroskopis harus disimpan dalam botol yang tertutup rapat, karena kesalahan menutup akan menjadikan bahan berair dan berubah menjadi larutan. Bahan yang mudah teroksidasi pun demikian misalnya : besi (II) sulfat berwarna hijau muda yang akan segera menjadi besi (III) sulfat, kristal berwarna merah muda.
2. Penyebab kerusakan karena : air, asam, basa dan cairan lainnya

Air
Semua alat dan bahan yang terkena atau disimpan dalam keadaan berair atau basah akan cepat rusak. Oleh karenanya, simpanlah alat dan bahan dalam keadaan kering.

Asam
Cairan yang bersifat asam mempunyai daya merusak yang lebih hebat dari pada air. Hindarkan alat dan bahan dari asam ini. Asam yang bersifat gas seperti HCl lebih ganas lagi, sebab bersama udara akan mudah terbawa dan pindah tempat. Cara yang paling baik dalam mencegah kerusakan alat dan bahan kimia yang disebabkan oleh asam adalah dengan mengisolasi asam tersebut ke dalam lemari asam.

Basa
Pengaruhnya sama dengan asam, sehingga pencegahannya pun tidak berbeda. Contoh basa yang sering menyebabkan kerusakan adalah air garam dan garam-garam alkali lainnya.

3. Penyebab kerusakan karena panas atau suhu
Alat-alat akan memuai dan pemuaiannya tidak teratur sehingga alat tidak dapat berfungsi. Hal ini terjadi jika terkena panas yang tinggi. Pengaruh lainnya adalah : alat elektronika akan kurang peka, memacu oksidasi logam, merusak cat dan merusak perangkat lunak lainnya (tetapi di daerah tropis tidak begitu terasa).

4. Penyebab kerusakan karena pengaruh mekanis
Bahan-bahan yang mudah pecah (gelas), mudah lentur atau berubah bentuk (plastik,karet dan lain-lain), tali, akan rusak bila terbentur, tertarik ataupun terkena tekanan yang besar. Oleh karenanya, hindarkanlah dari kejadian tersebut.

5. Penyebab kerusakan karena sinar
Hindarkanlah alat atau bahan dari sinar matahari langsung dengan memasang tirai pada jendela laboratorium. Contoh bahan-bahan yang mudah rusak atau tereduksi oleh sinar uv dari matahari adalah : KMnO4, AgNO3 kristal. Bahan tersebut harus disimpan dalam botol berwarna gelap.

6. Penyebab kerusakan karena api
Api merupakan bahaya yang sering menimbulkan kebakaran besar atau kecil yang menyebabkan kerusakan alat. Tiga komponen yang menyebabkan terjadinya kebakaran adalah :
□ Adanya bahan bakar
□ Adanya panas yang tinggi yang dapat mengubah bahan bakar menjadi uap
□ Adanya oksigen di udara atau disekeliling kita.

Oksigen yang mudah bereaksi dengan bahan bakar yang berupa uap, yang sudah mencapai titik bakarnya, akan menimbulkan api. Maka, untuk menghindarkan terjadinya kebakaran diusahakan untuk meniadakan salah satu komponen dengan menyimpan bahan yang mudah terbakar pada tempat dingin, sehingga tidak mudah naik suhunya dan tidak mudah menjadi uap.

7. Penyebab kerusakan karena sifat bahan kimia itu sendiri
Sifat bahan kimia misalnya asam mudah bereaksi dengan basa, logam alkali dengan air akan menimbulkan ledakan dan api (eksplosif). Asam sulfat yang diteteskan pada kalium klorat padat dan gula pasir akan menimbulkan api. Begitu juga Kristal KMnO4 yang ditetesi gliserin dan lain-lain. Mengatasinya : hindarkanlah mereaksikan bahan tersebut secara langsung, tapi menggunakan larutan encernya dulu.

B. Cara merawat alat
1. Alat-alat dari gelas
Kemungkinan kerusakan yang terjadi pada alat-alat gelas adalah karena pecah, terbakar, jatuh dan terbentur benda lain. Untuk pemanasan suhu tinggi, gunakanlah gelas pyrex, alat gelas tebal sekali-kali jangan dipanaskan. Dalam menggunakan botol untuk menyimpan bahan kimia atau larutan zat kimia harus diperhatikan bahwa tutup botol tidak boleh terbuat dari logam. Tetapi gunakanlah tutup botol plastik, karet atau gabus dan yang lebih baik lagi dari kaca. Tetapi ingat, tutup botol zat dan larutan NaOH tidak boleh terbuat dari kaca.

2. Alat dari bahan logam
Resiko alat dari bahan logam adalah perkaratan/korosi karena oksigen di udara dan kelembaban air.
Perawatannya adalah dengan cara mengecat seluruh permukaan logam atau diberi vaselin, pelumas atau pelicin (minyak kelapa). Penjagaannya, alat harus selalu kering bila tidak dicat/dilumas. Hal ini dilakukan setelah dipakai dan penyimpanan harus di tempat kering yang bisa dibuat dengan memasang lampu atau zat higroskopis seperti CaCl2 dan silika gel. Penyimpanan jangan di ruang asam atau di dekat zat kimia yang bersifat asam.

3. Alat dari bahan porselin
Kerusakan alat dari bahan porselin karena mekanis seperti jatuh, terbentur, terpukul besi. Porselin yang pada waktu penggunaannya mengalami pemijarannya, harus dihindarkan dari percikan air. Bahayanya, dapat pecah secara tiba-tiba. Dan bahaya lainnya adalah dapat merusak zat.

4. Alat dari bahan plastik
Resiko kerusakan alat yang terbuat dari plastik tergantung dari jenis plastiknya. Pada umumnya plastik dapat bereaksi dengan asam, basa atau garam anorganik. Sedangkan zat-zat yang melarutkan plastik adalah aseton, kloroform dan lain-lain. Plastik tidak tahan panas baik panas dari bahan kimia maupun panas dari api. Oleh karenanya, bahan dari plastik harus dihindarkan dari zat organik tertentu dan dari panas.

5. Alat dari kertas
Alat dari kertas umumnya berupa : poster, chart, peta, sistem periodik unsur dan alat peraga lainnya. Alat-alat ini akan mudah pucat/pudar warnanya bila terkena panas baik panas matahari maupun panas api. Sehingga, alat-alat ini perlu dilapisi atau dilaminating, dan dihindarkan dari panas langsung. Alat dari bahan ini bila tidak digunakan lagi sebaiknya disimpan dalam lemari.

6. Alat dari bahan kayu
Kerusakan alat dari bahan kayu adalah rapuh, berjamur atau terbakar. Rapuh bila berada dalam kondisi lembab atau basah, kena asam, basa atau larutan garam atau juga bahan organik. Tidak sedikit juga alat yang terbuat dari kayu rusak karena dimakan rayap, bubuk, jamur dan lain-lainnya. Pencegahannya adalah : lapisi kayu dengan cat, pernis atau disemprot dengan insektisida.

7. Alat-alat dari bahan karet
Alat dari bahan karet ini mudah rusak karena asam, basa dan bahan organik yang menyebabkan karet lengket sesamanya. Demikian juga minyak bumi dan sejenisnya, dapat mengembangkan karet sehingga sifat elastisitas karet menjadi hilang. Oleh karenya, hindarkan karet dari panas dan pelarut organik serta larutan basa.

8. Alat listrik
Beberapa perawatan terhadap alat listrik dan listrik adalah sebagai berikut :
a. Listrik
Jaringan listrik yang terdapat di laboratorium umumnya sudah direncanakan sedemikian rupa. Hindarkanlah penambahan ateker atau lampu baru. Dan kalau pun dilakukan, gunakanlah kabel yang tebal dan baik serta mintalah bantuan jasa instalator listrik. Sekering yang telah putus kawatnya janganlah diganti dengan kawat lain, karena muatan kawat tidak selalu sama. Namun, gunakanlah sekering baru dengan ukuran ampere yang sama. Hati-hatilah dengan listrik karena dapat menimbulkan resiko kematian.

b. Alat listrik
Alat-alat listrik yang ada di laboratorium di antaranya adalah : lemari es (kulkas), kompor listrik, fan listrik, radio dan lain-lainnya. Penggunaannya, periksalah voltasenya sebelum digunakan dan jika voltasenya berbeda dengan voltase AC di laboratorium, ubahlah terlebih dahulu voltasenya.

c. Alat-alat optik
Alat-alat ini terdiri dari beberapa lensa, contohnya : mikroskop, teropong, lensa, kamera dan lain-lain. Penyimapanannya harus dilakukan di tempat yang kering dan berilah zat higroskopis untuk menyerap air atau gunakan lampu pengering. Beberapa zat higroskopis yang dapat digunakan adalah : CuCl2 anhidrous, CuSO4 anhidrous, silika gel dan lain-lain.
Khususnya untuk perawatan kamera yang mempunyai lensa yang sangat peka dengan uap air dan debu, sebaiknya kamera ditempatkan pada toples atau botol besar. Jika tidak ada botol besar, gunakanlah plastik tebal yang ditusuk-tusuk dengan jarum untuk ventilasi.

C. Cara perawatan alat/perlengkapan lainnya
1. Lemari asam
Lemari asam harus dicat rata dengan sirlak atau pernis atau zat yang berwarna seperti kayu. Kotoran putih-putih pada lemari asam disebabkan oleh uap yang korosif. Kotoran ini dapat dilap atau dibersihkan dengan amonia atau spiritus untuk bagian kacanya. Lubang-lubang yang ada hendaklah ditutup agar daya hisap lemari asam tersebut menjadi besar. Botol-botol harus ditutup rapat dan sisa uap yang ada dikeluarkan dulu sebelum generator penghisap dimatikan. Sebaiknya generator penghisap itu selalu dihidupkan agar uap yang korosif senantiasa terbuang. Namun, panas generator harus selalu diperhatikan karena dapat menimbulkan kebakaran. Kipas yang mempunyai blower dari generator sebaiknya dipilih yang mempunyai switch 110 dan 220 v. Sehingga, bila laboratorium mengalami perubahan tegangan, mudah menyesuaikannya.
Bagian lantai lemari asam harus selalu dalam keadaan bersih. Kotoran yang berwarna dapat dilap dengan amplas duco.
Pipa gas yang terbuat dari besi mudah berkarat. Untuk itu, maka perlu dicat dengan cat kuning atau cat khusus pipa.
Kondisi penghisap yang baik adalah pada kondisi yang tidak terlalu besar, lemari dapat tertutup. Daya hisap lemari asam dapat diperiksa dengan membakar kertas di dalamnya, lalu lihatlah arah api. Bila asap cepat naik, berarti daya hisap lemari asam tersebut baik. Perlu diketahui bahwa macetnya lemari asam adalah sumber malapetaka bagi pernapasan orang dan bagi alat. Dalam ruang laboratorium sebaiknya dipasang lebih dari satu lemari asam.

2. Kebersihan alat kaca
Sebelum disimpan, alat kaca harus berada dalam keadaan bersih dan kering. Beberapa pembersih kaca adalah sebagai berikut :
a. Larutan deterjen yang dibuat dengan cara : 20 gr deterjen dilarutkan dalam air sampai 1 liter, lalu ditambah asam nitrat (HNO3) pekat. Ketika akan digunakan, 20 mL larutan tersebut diencerkan terrlebih dahulu menjadi 1 liter.
b. Natrium dikromat dalam asam sulfat yang dibuat dengan cara : melarutkan 10 gr natrium dikromat dalam 15 mL air secara berhati-hati, karena reaksinya eksotermis. Kemudian tambahkan asam sulfat, H2SO4 pekat sehingga volumenya 100mL. Perlakukan asam ini sebagai asam pekat.
c. Kalium permanganat yang dibuat dengan cara : melarutkan 10 gr kalium permanganat di dalam 1 liter air dengan sedikit pemanasan. Larutan ini dibasakan dengan menambah natrium karbonat, Na2CO3 1M sebelum digunakan. Dengan larutan, lemak yang melekat dapat dihilangkan dengan merendamnya selama satu malam. Noda kotor MnO2 yang timbul harus dibersihkan hati-hati menggunakan asam klorida, HCl pekat, lalu dibilas dengan air.

Larutan Na2S2O3 dapat digunakan untuk membersihkan noda perak nitrat AgNO3 dan iodium, I2. Kotoran bekas KMnO4 dapat dicuci dengan larutan tio, Na2S2O3 atau asam oksalat (COOH)2.
Untuk semua jenis kotoran hendaknya dicuci mulai dari urutan pembersih kaca a, b, dan c.

3. Kebersihan bak dan lantai
Bak dan lantai terbuat dari bahan yang sama, oleh karenanya, perlakuan pencuciannya sama. Untuk keadaan biasa dapat digunakan deterjen atau sabun biasa yang dicampur air untuk pel. Kotoran yang melekat dapat dihilangkan secara mekanik dengan menggosok menggunakan batu kambang atau amplas duco. Setelah pencucian, bagian yang rusak harus diganti dan dicat dengan cat yang sama.

D. Perawatan bahan-bahan kimia
Bahan-bahan kimia dalam hal perawatannya digolongkan menurut keadaan fasenya yaitu : padatan, larutan atau gas. Dari segi penggunaannya, dikenal ada larutan induk dan larutan pereaksi langsung pakai.
 Padatan biasa yang tidak higroskopis dan tidak menyublim
Perawatan padatan biasa yang tidak higroskopis dan tidak menyublim dapat dilakukan dengan menyimpan zat ini di dalam botol bermulut lebar yang bertutup baik. Usahakan etiketnya atau labelnya tidak mudah lepas dan hurupnya tidak mudah luntur atau menguap. Debu pada botol sebaiknya dilap. Pengambilan zat harus menggunakan sendok/spatula. Hindarkanlah kemungkinan masuknya debu, air maupun uap.
 Padatan higroskopis
Perawatan padatan higroskopis dilakukan dengan menyimpannya dalam kaleng tertutup atau tempat lain yang tertutup rapat. Sumbatnya diselimuti lagi dengan plastik dan diikat erat-erat. Contoh zat ini adalah NaOH dan KSCN.

 Padatan mudah menguap atau menyublim
Perawatan Padatan mudah menguap atau menyublim dilakukan dengan menyimpan zat ini di dalam botol gelas atau plastik dengan tutup yang rapatdan tidak terlalu penuh. Sisa ruangan kosong kira-kira ¼ nya untuk kemudahan menyublim. Contoh zat yang termasuk golongan ini adalah : Iodium, amonium karbonat dan kamfer.

 Padatan yang peka cahaya
Perawatan untuk padatan yang peka cahaya dilakukan dengan menyimpan zat ini di dalam botol gelap atau botol yang tidak tembus cahaya. Contoh yang termasuk zat ini adalah : perak nitrat dan kalium permanganat.


 Padatan yang peka air
Penanganan untuk padatan yang peka air dapat dilakukan dengan melarutkannya dalam minyak tanah atau kerosin. Contohnya adalah logan Na, K dan Li.

 Padatan peka oksigen atau udara
Penanganan zat ini dilakukan dengan merendamnya di dalam air yang terdapat pada botol gelas. Jangan menggunakan tempat dari kaleng karena mudah bocor dan bisa mengakibatkan kebakaran. Contoh yang termasuk zat ini adalah posfor.

 Campuran padatan
Penyimpanan untuk kelompok zat ini dilakukan dengan menghindari penempatan padatan ini dalam keadaan tercampur, terutama campuran oksidator dan katalisator dengan bahan yang mudah terbakar. Contoh zat yang termasuk golongan ini adalah : KClO3, MnO2 dengan gula pasir.

 Cairan atau larutan biasa
Penyimpanan zat ini dilakukan menutupnya di dalam botol yang rapat dan menghindarkan masuknya debu. Pergunakan pipet untuk mengambil isinya bila digunakan atau dengan jalan menuang di mana etiketnya menghadap ke dalam tangan. Contohnya adalah : alkohol, asam asetat dan larutan garam. Isi botol tidak boleh penuh. Sisakan ¼ nya untuk berkondensasi.

 Cairan atau larutan mudah menguap
Penyimpanan kelompok zat ini dilakukan dengan menggunakan botol yang mempunyai tutup rapat, karena larutan ini mudah bertambah volumenya dan kadarnya turun. Contoh yang termasuk zat ini adalah asam sulfat.

 Cairan yang mudah menguap
Penyimpanan cairan yang mudah menguap dilakukan dengan menggunakan botol yang mempunyai tutup rapat. Sisakan ¼ botol untuk kondensasi. Jauhkan dari panas. Contoh golongan zat ini adalah : NH4OH, HCl, CH3COOH dan alkohol.

 Cairan yang mudah terbakar
Penyimpanan cairan yang mudah terbakar dapat dilakukan dengan menjauhkannya dari api atau panas. Contoh yang termasuk kelompok zat ini adalah : eter, metanol, etanol, bensin dan minyak tanah.

 Gas
Penyimpanan gas dilakukan dengan menjauhkan tabung gas dari api atau panas. Gunakan kran yang spuyernya baik. Lebih baik ditempatkan di tempat yang dingin. Contohnya adalah : gas He, N2, CO2.





BAB V

PENYIMPANAN ALAT-ALAT DAN BAHAN-BAHAN
DI DALAM LABORATORIUM KIMIA


A. Penyimpanan alat
Untuk menjamin keamanan kerja di laboratorium, cara penyimpanan alat dan bahan kimia harus diperhatikan. Dalam penyimpanan ini harus disediakan khusus ruangan penyimpanan dan tempat penyimpanan yang bersih, berventilasi dan mudah dilalui serta didapat bila diperlukan. Untuk itu, penyimpanan pengambilan dan pengembalian alat atau zat harus diikuti prosedur yang menjamin keamanan. Berikut ini keterangan lebih jauh tentang penyimpanan alat.
1. Ruang besi (RB)
Ruang ini terbuat bebas dari kelembaban, cairan, larutan dan air. Gunanya untuk menyimpan alat-alat dari besi dan logam lainnya seperti : kaki tiga, statif besi, klem, statif corong, ring besi, dan alat dari besi.

2. Ruang alat kayu (RK)
Ruang ini berupa lemari bertahap pada susunan aggak atas, karena alat dari kayu cukup ringan. Hindarkan tempat ini dari kelembaban, uap zat dan percikan cairan atau larutan. Contoh alat yang disimpan dalam ruang ini adalah : jepit tabung, rak tabung reaksi, alat sendok bak, bantalan jepit batu baterai dan lain-lain.

3. Ruang alat optik (RO)
Ruang ini merupakan lemari khusus dan sipasang listrik 15-25 watt di dalamnya. Hindarkan dari udara dingin atau kelembaban maupun uap zat. Contoh alat yang disimpan dalam ruang ini adalah : mikroskop, refraktometer, proyektor, kamera dan lensa-lensa lainnya.

4. Ruang karet, gabus dan plastik (RKGP)
Ruang ini berupa laci atau lemari khusus dan letaknya tidak menjadi masalah. Contoh alat yang disimpan dalam ruang ini adalah : selang karet, selang plastik, prop karet, prop gabus, gelas kimia plastik, alat injeksi, pompa hisap plastik, sendok dan spatula plastik.

5. Ruang alat ukur (RU)
Ruang ini bisa berupa laci atau lemari khusus, tertutup dan dapat dibuka secara mudah, harus bersih dan kering serta tidak miring. Contoh alat yang disimpan dalam ruangan ini adalah : termometer, areometer, piknometer, voltmeter, amperemeter, multimeter dan lain-lain.


6. Ruang alat listrik
Ruang ini sama dengan ruang optik. Contoh alat yang disimpan dalam ruang ini adalah : supply transformator, adaptor, stabilisator, pengaduk listrik dan lain-lain.
Di samping cara penyimpanan tersebut juga ada cara penyimpanan atas dasar frekwensi pemakaian, pencucian, alat volumetri dan lain-lain sevagai berikut :
1. Alat-alat yang sering digunakan
Apabila harga alat-alat ini murah, tempatkan alat ini pada tempat yang mudah dijangkau praktikan. Contohnya adalah statif, kaki tiga, kasa asbes, pembakar spiritus, dan jepit tabung

2. Alat-alat yang sering dicuci
Alat-alat ini disinpan pada tempat tersendiri, sehingga siswa mudah mengambilnya. Contoh alat-alat ini adalah : gelas kimia, corong, tabung reaksi.

3. Alat volumetri
Alat ini agak sulit disimpan sehingga lebih baik dibuatkan tempat khusus untuk menyimpan buret dan pipet.

Prinsip-prinsip penyimpanan alat
1. Zat dan bahan dasar alat harus diketahui.
2. Berat alat harus diperhatian. Alat yang berat harus diletakan di bagian bawah.
3. Alat-alat yang sering digunakan harus diletakan pada tempat yang mudah dicapai.
4. Kepekaan alat harus diperhatikan seperti sifat alat dan lingkungannya.
5. Penyimpanan harus menjamin tidak terkontaminasinya alat dengan uap atau zat kimia.
6. Pisahkan penyimpanan alat berdasarkan golongan bahan dasarnya.
7. Alat yang terdiri dari perangkat set, apabila disimpan harus lengkap, kalaupun terpisah harus berdekatan, sehingga mudah mencarinya.
8. Alat listrik yang mempunyai arus, dalam menyimpan arus, harus dibuang dulu atau diputuskan dari sumber arusnya.
9. Tempat penyimpanan alat harus disesuaikan dengan bentuknya.
10. Alat-alat yang mahal harus disimpan di tempat yang aman.

Sedangkan untuk keperluan inventarisasi dan praktikum kimia, perlu dikenal nama, bentuk dan klasifikasinya serta penggunaannya, seperti sebagai berikut :
1. Mengetahui nama alat.
2. Mengetahui perlengkapan tambahannya.
3. Mengetahui kegunaan pokok alat tersebut.
4. Mengetahui spesifikasi alat tersebut.
5. Mengetahui toleransi alat tersebut.
6. Mengetahui dan dapat menggunakan kerja alat.
7. Dapat menguji bekerjanya alat tersebut.

B. Penyimpanan bahan-bahan kimia
1. Bahan kimia yang berupa padatan
Bahan ini disimpan dalam botol gelas atau plastik yang bermulut lebar, mempunyai mulut yang rapat dan diberi etiket yang jelas, tidak mudah luntur dan tidak mudah lepas. Penyimpanannya dilakukan di lemari dengan pintu yang diberi kaca tembus pandang. Bagian yang lebih berat disimpan di bagian bawah. Bahan yang terbuat dari bahan yang sama, disatukan.

2. Bahan kimia yang berupa cairan/larutan
Bahan ini disimpan dalam botol gelas yang bermulut kecil, volume cairan dalam botol adalah ¾ nya sehingga ¼ bagian botol dapat untuk kondensasi larutan. Jangan menggunakan botol plastik untuk menyimpan larutan yang bersifat asam atau basa kuat, serta yang bersifat sebagai pelarut, kecuali air. Zat yang peka cahaya harus disimpan dalam botol berwarna gelap.
Penyimpanan pada rak, harus terbuka dan mudah untuk menggunakannya. Bagian yang lebih berat ditaruh pada bagian bawah. Botol untuk penyimpanan bahan yang terbuat dari zat yang sama, dikelompokan jadi satu.

3. Bahan kimia yang berupa gas
Bahan ini harus disimpan di tempat yang dingin dan jauh dari api. Tangki gas diusahakan jangan sampai jatuh atau bergulir. Generator gas harus diatur kembali setelah dipakai, sebab, timbulnya gas dapat memecahkan alat. Dalam memindah-mindahkan harus hati-hati,

Penempatan bahan-bahan di laboratorium
Zat-zat terbagi pada beberapa jenis yaitu :
1. Zat cair/larutan stock
Penyimpanan zat yang termasuk jenis ini misalnya asam sulfat, asam nitrat, amonia, dan zat organik, bisa dilakukan di dalam lemari asam.

2. Zat padat stock
Zat jenis ini dapat diisimpan di bufet zat atau rak dan hindarkanlah dari tercampurnya dengan cairan.

3. Zat cair atau larutan yang akan cepat digunakan
Jenis zat ini harus disimpan pada botol besar dan diletakan di bawah.

4. Zat padat yang akan cepat digunakan
Zat ini harus disimpan pada rak-rak zat padat.

Cara penyimpanan zat-zat pada rak
Zat padat dipisahkan dari zat cair/larutan. Cara ini diklasifikasikan atas dasar abjad nama depan unsur dalam bahasa indonesia. Contohnya dapat dilihat pada tabel V.1.

Tabel V.1 : Klasifikasikan zar-zat kimia atas dasar abjad nama depan unsur
Klas Macam zat Kode abjad/rak
I Asam-asam Asam dan basa zat organik
II Basa-basa Asam dan basa zat organik
III



dst Garam
Garam amonium
Garam aluminium
Garam barium
dst
A
A
B
dst
Penyimpanan bahan beracun, bahan yang mudah terbakar, campuran berbahaya dan bahan yang mudah meledak
1. Bahan beracun :
Contohnya : HgCl2 (sublimat), persenyawaan sianida, persenyawaan arsen, gas CO2, persenyawaan sulfur dan nitrat.
2. Bahan yang mudah terbakar
Contohnya : gas H2, CO, CH4, C2H2, C2H4, C6H6, NH3, H2S, HCN, N2, CO2, PH3, alkil logam, boran (BH3), CS2. Cairan organik seperti eter, aseton, benzena, alkohol, metanol, terpentin, kerosin, naftalen dan minyak bakar.
3. Bahan yang mudah meledak
Contohnya : Na, K, NH4NO3, serbuk seng dengan air, KNO3 dengan CH3COONa.
- Nitrat dengan ester, peroksida dengan Mg, Zn atau Al.
- Klorat dengan asam sulfat.
- Asam nitrat dengan Zn, Mg atau logam lainnya.
- Halogen dengan amonia (NH3) dan merkuri oksida dengan sulfur (S).
- Posfor dengan asam nitrat (HNO3) atau dengan KClO3.

Tercampurnya zat-zat tersebut di atas akan menimbulkan ledakan apabila tidak hati-hati menyimpannya. Seperti prinsip-prinsip yang telah dipelajari di depan, maka penyimpanan harus terpisah dari lawan zatnya untuk menghindarkan ledakan.
























BAB VI

LARUTAN DAN PENYEDIAANNYA


1. PENDAHULUAN

Suatu larutan umumnya didefinisikan ebagai suatu campuran serbasama dua macam komponen atau lebih dengan macam-macam komposisi.
Isilah serbasama berarti bahwa komposisi dalam seluruh system sama dan tidak ada bagian-bagian yang terpisah satu sama lain oleh batas-batas fisis.
Suatu larutan dapat diperoleh dengan mencampurkan :
a. Dua macam gas atau lebih, contohnya udara
b. Dua macam zat atau lebih yang sejenis. Misalnya etanol + air, Benzena + toluene
c. Gas kedalam zat cair, Contohnya HCl (g) + H2O (l);
d. Zat padat kedalam zat cair, contohnya NaCl(s) + H2O(l)

Zat dengan komposisi terbanyak bertindak sebagai zat pelarut, sedangkan zat yang lainnya dinamakan zat terlarut.

Contoh :
Alkohol 96% volum 96 ml alkohol ditambah air sampai 100 ml, merupakan larutan air dalam alkohol sedangkan alkohol 20% volum 20 ml alkohol ditambah air sampai 100 ml merupakan larutan alkohol dalam air. Hanya dalam hal larutan asam pekat, pelarutnya itu air, walaupun kadarnya paling kecil, contohnya larutan H2SO4 96% berat berarti 96 gram H2SO4 larut dalam 4 gram air

Penggolongan Larutan
Bila NaCl padat dilarutkan dalam air, akan terjadi larutan yang dapat menghantar arus listrik. Sedangkan larutan gula dalam air tak dapat menghantar arus listrik. Berdasarkan fakta ini larutan dapat dibagi dalam dua golongan :
a. Larutan yang dapat menghantar arus listrik dinamakan larutan elektronik
b. Larutan yang tidak menghantar arus listrik dinamakan larutan nonelekrolit

Pada table 1 diberikan pembagian larutan elektrolit dan non elektrolit ke dalam dua golongan, masing-masing dengan beberapa contoh.

Tabel VI. 1 : Daftar Eleltrolit dan Non-elektrolit

Elektrolit Non-elektolit
Asam


Basa

Garam HCL
H2SO4
CH3COOH
NaOH
Ca(OH)2
NaCl
NaSO4 Asam klorida
Asam Sulfat
Asam asetat
Natrium hidroksida
Kalsium hidroksida
Natrium klorida
Natrium sulfat C12H22O11
C2H5OH
N2
O2
CH4
CH3COCH3
C6H6 Sukrosa
Etanol
Nitrogen
Oksigen
Metana
Aseton
Benzena

Kemampuan untuk menghantar arus listrik itu disebabkan adanya partikel-partikel yang bermuatan. Makin banyak jumlah partikelnya atau makin besar muatan partikelnya, maka makin besar pula daya hantarnya.
Di samping itu ternyata bahwa daya hantar listrik larutan HCl lebih besar bila disbanding dengan daya hantar larutan CH3COOH yang sama konsentrasinya., hal tersebut disebabkan karena HCl lebih banyak terionisasi dari CH3COOH. Dengan demikian larutan elektrolit dapat dibagi lebih lanjut menjadi elektrolis kuat dan elektrolit lemah (lihat table VI. 2 ).

Tabel VI.2 : Pembagian larutan elektrolit menjadi elektrolit kuat dan elektrolit lemah

Elektrolit kuat Elektrolit lemah
HCl
NaOH
NaCl
KCN Asam klorida
Natrium hidroksida
Natrium klorida
Kalium Sianida CH3COOH
NH4OH
HgCl2
HCN Asam Esetet
Amonia
Raksa (II) klorida
Hidrogen sianida

Sebelum eloktrolit itu dilarutkan zatnya dapat berupa senyawa ion atau molekular. Contoh senyawa ion adalah natrium klorida yang dalam keadaan padat pun terdiri dari ion Na+ dan ion Cl-. Pelarutan menyebabkan terpecahnya ikatan antara ion Na+ dan ion Cl- yang kemudian masing-masing membentuk ion terhidrasi. Suatu senyawa molekular adalah HCl yang dalam keadaan murni, baik berupa padatan, cairan atua gas, tidak menghantar arus listrik. Akan tetapi bila HCl(g) dilarutkan dalam air, larutannya dapat mengahantar listrik, disebabkan terjadinya reaksi di bawah ini.

HCl (g) + H2O −−−⟶ Cl- + H3O (l)
Ion Hidronium

2. CARA MENYATAKAN KONSENTRASI LARUTAN
Sifat suatu larutan misalnya warna larutan yang mengandung zat warna atau manisnya larutan gula, bergantung pada banyaknya zat terlarut dalam sejumlah tertentu zat pelarut. Ada beberapa cara untuk menyatakan konsentrasi larutan, yang paling umum digunakan dalam ilmu kimia adalah :

Fraksi mol (x)
Fraksi mol adalah perbandinganjumlah mol suatu komponen terhadap jumlah mol total zat dalam larutan. Untuk suatu larutan yang terdiri dari dua komponen berlaku :

Mol zat terlarut
Fraksi mol zat terlarut = --------------------------------------------
Mol zat terlarut + mol zat pelarut

Contoh :
Suatu larutan mengandung 20 g etanol dan 80 gram air.

20
20 gram etanol = ------ mol etanol
46

80
80 gram air = -------- mol air
18

80/18
Fraksi mol etanol = ---------------------- = 0,09
20/46 + 80/18

X etanol = 0,09

80/18
Fraksi mol air = ----------------------- = 0,91
80/18 + 20/46

X H2O = 0,91

Dari perhitungan di atas itu jelaslah bahwa jumlah fraksi mol etanol + fraksi mol air selalu sama dengan 1.

X etanol + XH2O = 0,09 + 0,91 = 1


Kemolaran (M)

Kemolaran larutan merupakan jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan.

Mol zat terlarut g/BM
Kemolaran = --------------------- = -----------
Liter larutan V

Dimana g = massa zat terlarut dalam gram
V = volume larutan dalam liter
BM = berat molekul zat terlarut

Contoh :
40,0 g NaOH dilarutkan dalam air hingga volume larutan menjadi 500,0 ml. Berapa kemolaran larutan yang terjadi itu ?

40,0
40,0 g NaOH = ------------ mol NaOH = 1 mol NaOH
40

40,0/40
NaOH = ------------ = 2 M
½

Keformalan (F)

Keformalan suatu larutan menyatakan jumlah formal zat terlarut dalam 1 liter larutan.

Jumlah formal zat terlarut
Keformalan = ---------------------------------
Volume larutan

Satuan konsentrasi ini akan dijelaskan dengan suatu contoh : Asam Asetat diencerkan dengan air sampai volume larutan tepat 1 liter. Konsentrasi Analitik larutan ini adalah 1 mol / liter baik menurut sintesa maupun dari penentuan secara titrasi. Akan tetapi ternyata bahwa larutan mengandung 0,004 M H+ dan 0,004 M CH2COO-, hasil disosiasi asma asetat dan karenanya konsentrasi asam asetat yang tak berdisosiasi sebenarnya hanya 0,996 M. Untuk menghilangkan keragu-raguan yang sangat membingungkan ini dipakai konvensi yang diusulkan oleh swift untuk menyatakan konsentrasi Analitik suatu larutan.
Menurut konvensi ini larutan di atas itu adalah 1 F (Formula) dalam asetat. Larutan ini mengandung 1 berat formula = 60,05 gram CH3COOH perliter.
Dalam larutan ini terdapat 0,004 M H+, 0,004 M ion asetat CH3COO- dan 0,996 M asetat.
Larutan yang diperoleh dengan melarutkan 1 mol natrium klorida dalam air sampai volume dalam larutan tepat 1 liter, sebaiknya dinamakan larutan NaCl 1 F (bukan 1 M). Larutan ini mengandung 1 M Na+ dan 1 M Cl-, karena natrium klorida itu tidak pernah terdapat sebagai molekul, tetapi selal sebagai ion-ionnya baik dalam keadaan padat, maupun dalam larutan.
Dari contoh diatas itu terlihat bahwa informasi kuantitatif diperlukan sebelum suatu lartutan itu dapat dinyatakan kemolarannya.
Sebaliknya keformalan dapat dihitung dari ketentuan pembuatan larutan dan berat formula zat terlarut didalamnya.
Berat formula suatu zat adalah jumlah berat atom unsur-unsur dalam rumus kimia tersebut, tanpa harus diketahui terlebih dahulu macam ikatan apa yang terdapat dalam zat tersebut. 1 gram formula H2 masanya 2 x 1,008 g = 2,016 g, 1 gram formula NaCl masanya 58,44 g.
Berat molekul selalu dikenakan pada macam zat kimia yang betul-betul ada. Berat molekul H2 = berat formula H2 = 2,016, sedangkan untuk zat-zat seperti NaCl dan senyawa-senyawa ion tidak dipakai berat molekul, melainkan tetap harus berat formula

Perbedaan antara keformalan dan kemolaran dapat dilihat dari contoh-contoh dibawah ini :
a. 1 gram formula air massanya per definisi adalah 18,015 g
Jumlah mol H2O didalamnya sedikit, kurang dari 1, karena sebagian membentuk H3O+ dan OH-
b. 285 mg asam trikorasetat Cl3CCOOH ( berat formula = 163) dalam larutan 10,0 ml mempunyai keformalan.



0,285 1000
------- x --------- = 0.175
163 10

Dalam larutan, asam triklorasetat terionisasi 73% menjadi H3O+ dan Cl3COO-, maka kemolaran Cl3CCOOH dalam larutan adalah :

M = 0,27 X 0,175 = 0,0472

Jadi larutan Cl3CCOOH 0,175 F, mengandung 0,0472 M Cl3CCOOH, 0,128 M Cl3COO- dan 0,128 M H3O+

Kemolalan (m)
Kemolalan larutan menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1000 gram zat pelarut

Jumlah mol zat terlarut
Kemolalan = --------------------------------
1000 gram pelarut
g
= ----------- x 1000
BM x g0

Dimana g = jumlah massa zat terlarut
g0 = jumlah massa zat pelarut
BM = berat molekul

Contoh :
Berapa kemolalan larutan yang diperoleh dengan melarutkan 28,0 g NaOH dalam 200 g air.

28,0
2 g NaOH = ---------- mol NaOH
40

1000
Dalam 1000 g air terlarut -------- x 0,7 mol NaOH = 3,5 mol NaOH
200
Kemolalan larutan 3,5 m atau langsung dengan menggunakan rumus:

28,0
M = ------------- x 1000 = 3,5
40 x 200
\

Kenormalan (N)

Kenormalan larutan menyatakan jumlah ekuivalen zat terlarut dalam 1 liter larutan.

Ekuivalen zat terlarut
N = --------------------------------
Liter larutan

Bila g gram zat dengan berat ekuivalen sama dengan BE, dilarutkan sampai volume larutan V liter, maka kenormalan larutan sama dengan :

g/BE
N = ------------
V

Devinisi berat ekuivalen suatu zat itu harus didasarkan pada kelakuannya dalam reaksi kimia tertentu. Perhitungan berat ekuivalen ini tidak mungkin, bila reaksi yang menyangkut zat tersebut tidak diketahui. Dengan demikian kenormalan suatu larutan tak dapat ditentukan tanpa informasi ini dalam reaksi kegunaannya.

a. Dalam reaksi Penetralan ( Asam/Basa)
Dalam reaksi asam basa 1 ekuivalen zat adalah banyaknya gram zat itu yang dapat melepaskan atau mengikat 1 mol H+

Untuk asam kuat atau basa kuat dan untuk asam atau basa yang hanya mengandung 1 ion H+ atau 1 ion OH-, hubungan antara berat ekuivalen dengan berat formula mudah ditentukan, contohnya :
B.E HCl = B.F HCl
B.E NaOH = B.F NaOH
B.E CH3COOH = B.F CH3COOH
B.E Ba(OH)2 = ½ x B.F Ba(OH)2
B.E H2SO4 = ½ x B.F H2SO4
Untuk asam-asam poliprotik, keadaannya lebih kompleks, contohnya asam fosfat H3PO4.
Pada penambahan indikator tertentu, terjadi perubahan warna bila hanya satu H+ dinetralkan.
H3PO4 + OH-  H2PO4- + H2O
B.E H3PO4 = B.F H3PO4
Indikator lain berubah warna pada penetralan dua H+.
H3PO4 + 2OH-  HPO42- + 2H2O
B.E H3PO4 = ½ B.F H3PO4
Dari contoh di atas itu jelaslah bahwa tanpa mengetahui reaksi mana yang terjadi, tidaklah mungkin dapat memberikan definisi berat ekivalen yang tepat.

b. Dalam reaksi oksidasi-reduksi
Dalam reaksi oksidasi-reduksi, satu ekivalen zat adalah banyaknya zat itu yang dapat melepaskan atau mengikat 1 mol elektron, harga numerik berat ekivalen dapat ditentukan dengan membagi berat formula oleh banyaknya elektron yang turut serta pada reaksi. Contohnya :
MnO4- + e-  MnO42-
B.e KMnO4 = B.F KMnO4
MnO4- + 3e- + 2H2O  MnO2(s) + 4OH-
B.E KMnO4 = 1/3 B.F KMnO4
MnO4- + 8H+ 5e  Mn2+ + 4H2O
B.E KMnO4 = 1/5 B.F KMnO4

c. Dalam reaksi pengendapan dan pembentukan kompleks
Dalam reaksi pengendapan dan reaksi pembentukan kompleks, satu ekivalen zat adalah banyaknya gram zat tersebut yang dapat bereaksi atau melepaskan satu gram formula kation divalen, sepertiga gram formula kation trivalen dan sebagainya.

Contoh :
1. B.E Ag+ = B. F Ag+
B.E NaCl= B. F NaCl
B.E BaCl = ½ B. F BaCl2
B.E AlCl3= 1/3 B.F AlCl3
2. 0,6621 g asam oksalat murni (B.F = 126.1) dilarutkan dalam air hingga volumenya 100,0 ml. berapa kenormalan larutan ?

0,6621 g oksalat = formal

= ekuivalen
Dalam satu liter larutan terapat

ekuivalen oksalat
Noksalat = 0,1050

Konsentrasi suatu larutan tidak ada hubunganya dengan banyaknya larutan. Bila konsentrasi larutan itu dinyatakan sebagai 2M, maka setiap tetes, setiap ml, setiap liter atau setiap drum larutan itu mempunyai konsentrasi yang sama.

Jumlah mol zat terlarut yang etrdapat dalam suatu larutan adalah sama dengan hasil prkalian kemolaran dengan volume (liter). Dalam 1 ml larutan xy 2 M terdapat
0.01 x 2 mol xy = 0.002 mol xy
Dalam perhitungan di atas itu terlihat bahwa larutan 2M dapat pula di definisikan sebagai larutan per ml larutan mengandung 2 mol zat terlarut.
Larutan Empirik
Disamping cara-cara kimia di atas itu, terdapat lagi cara lain untuk meyatakan konsentrasi larutan, adalah dalam persentase. Cara ini dinamakan cara empirik dan larutan yang diperoleh dinamakan larutan empirik.

a. Persen Massa (w/w)
% Massa =
Cara ini biasanya dipakai untuk menyatakan konsentrasi larutan pereaksi akua, misalnya asam nitrat 70% berarti 70 g HNO3 dalam 100 g larutan.

b. Persen Volume (v/v)
% Massa Volume =

Cara ini biasanya dipakai untuk menyatakan konsentrasi larutan zat terlarutnya zat cair, misalnya :
1. larutan alkohol 12% volume, menyatakan suatu larutan yang diperoleh dengan mencampurkan 12 ml alkohol dengan air secukupnya, sehingga volume larutan tepat sama dengan 100 ml.
2. kadang-kadang konsentrasi suatu larutan encer dinyatakan dengan volume larutan yang pekat dan volume zat pelarut yang dipakai untuk pengenceran. HCl 1 : 4 berarti 1 volume HCl pekat di encerkan dengan 4 volume air.

c. Persen Massa-Volume (w/v)
% Massa-Volume =
Cara ini biasanya dipakai untuk menyatakan konsentrasi larutan yang zat terlarutnya adalah zat padat, misalnya larutan pekat nitrat 5% (w/v) berarti 5 g perak nitrat dillarutkan dalam air, hingga volumenya 100 ml.

Konsentrasi larutan yang sangat encer biasanya dinyatakan dengan “ part per thousand “ (ppt) atau dengan “ part permillion “ (ppm).

ppm = 106
Larutan yang lebih encer lagi konsentrasinya dinyatakan dengan “part per billion” (ppb). Bila pelarutnya air dan banyaknya zat terlarut itu sedikit sekali, sehingga kesepatan larutan itu 1,00 g/ml, maka :

Ppm =


3. PENGENCERAN

Dalam pengenceran seringkali disediakan larutan-larutan persediaan-persediaan dengan kepekatan-kepekatan tertentu lihat tabel 3.
Kalau diperlukan larutan yang lebih encer, bagaimana harus membuatnya ?
Selain itu pada reaksi di campurkan dua larutan atau lebih, sehingga perlu diketahui pengaruh perubahan-perubahan ini pada kepekatan larutan yang terjadi.

Tabel VI.3 : Reagen yang Umum
Larutan Masa jenis pada 20oC M
Asam asetat ‘Glasial” 1,05 g/mL 17,4
Amonia (dalam air) 0,90 14,8
Asam Klorida Pekat (36%) 1,19 12,2
Asam Nitrat Pekat (70%) 1,21 15,7
Asam fosfat pekat (85%) 1,70 14,7
Asam sulfat pekat (95%) 1,84 17,8

Harus selalu diingat bahwa pada pengenceran dengan suatu larutan dengan jalan menambahkan zat pelarut, jumlah mol, gram formula atau ekivalen zat terlarut tidak berubah, yang berubah adalah volume campuran dan kemolaran, keformalan dan kenormalan larutan yang baru. Jumlah ini diberikan oleh M1 x V1 di mana M1 adalah kemolaran dan V1 adalah volume larutan sebelum pengenceran. Sesudah pengenceran, jumlah mol zat menjadi M2 x V2. Karena jumlahnya harus tetap, maka berlaku :

M1 x V1 = M2 x V2
F1 x V1 = F2 x V2
N1 x V1 = N2 x V2

Contoh I :
Berapa mL HCl pekat harus diencerkan untuk memperoleh 1 liter larutan HCl 0,5 M.
Dari tabel dapat dilihat bahwa HCl pekat adalah 12,2 M
Pada pengenceran berlaku :

M1 x V1 = M2 x V2

Jadi 41,0 mL HCl pekat harus diencerkan sampai 1 liter.

Contoh II
Berapa volume asam fosfat pekat (85% d = 1,70 gr/mL) diperlukan untuk membuat 5,00 liter H3PO4 0,25 M.
Kalau tidak ada tabel, maka mula-mula harus dihitung kemolaran asam fosfat pekat.

1 liter larutan masanya 1000 mL x = 1700 gr.

Masa H3PO4 di dalamnya adalah x 1700 gr = 1445 gr

Jumlah mol H3PO4 = mol = 14,7 mol.
Jadi, konsentrasi larutan pekat itu adalah 14,7 M.

Pada pengenceran :
M1 x V1 = M2 x V2


Volume asam fosfat yang diperlukan adalah 85,0 mL.

Contoh III
Berapa volume air yang harus ditambahkan pada 40,0 mL asam cuka glasial untuk memperoleh larutan 0,1 F.
Mula-mula dihitung keformalan asam cuka glasial. Dari tabel diperoleh 17,4 M = 17,4 F.
Pada pengenceran :
F1 x V1 = F2 x V2 V2 = = 6960 mL
Jadi air yang ditambahkan adalah : 6960 mL – 40,0 mL = 6920 mL.

Catatan :
Karena pada proses pelarutan terjadi pengerutan volume, maka cara lebih cepat adalah menambahkan air ke dalam 40 mL asam cuka glasial sehingga volumenya adalah 6960 mL.

Contoh IV :
Bagaimana caranya membuat :
a. 150 mL larutan glukosa (C6H12O6) 0,500 M.
b. 150 mL HNO3 0,100N dari larutan HNO3 0,245 N.

Jawab :
a. Dalam 150 mL larutan glukosa (B.M =180) 0,500 M terdapat :
x 0,500 x 180 gr glukosa = 13,500 gr glukosa

Ditimbang 13,500 gr glukosa dan kemudian dilarutkan dalam air sehingga volumenya 150 mL.

b. Pada pengenceran :
X x 0,245 = 150 x 0,100
X = mL = 61,2 mL.

61,2 mL HNO3 0,245 N diencerkan dengan air hingga volumenya 150 mL.
4. KUALITAS ZAT-ZAT KIMIA

Dalam katalog komersial, zat kimia itu terdapat dalam beberapa tingkatan kualitas, seperti tersebut di bawah ini :
a. ANALAR (AR) PRO ANALISA (pa) GUARAN-TEED REAGENT FOR ANALYSIS WORK (GR) AMERICAN CHEMICAL SOCIETY (ACS).

Istilah-istilah ini berikan pada reagensia analitik, misalnya untuk asam asetat glasial (AR) yang sangat murni, dengan perincian sebagai berikut :

Kadar minimum : 99,7 %
Berat/mL pada 20oC = 1,048 – 1,050 gr
Titik beku = tidak kurang dari 16,2 oC

Limit maksimum zat pengotor :
Zat yang tak larut dalam air memenuhi syarat :
Zat yang non-volatin : 0,001 %
Klorida : 0,0001 %
Metanoat (format) : 0,01 %
Sulfat : 0,0001 %
Arsen : 0,00005 %
Besi : 0,00004 %
Logam berat (Pb) : 0,00005 %
Zat yang dapat mereduksi format : 0,003 %

b. ARISTAR SUPRAPUR
Istilah ini menunjukan bahwa reagen itu ultra murni, artinya kemurniannya tertinggi yang dapat diperdagangkan. DBH Chemicals, Ltd., memperdagangkan zat-zat kimia yang ultra murni ini dengan merk ARISTAR. Contohnya untuk asam cuka glasial ARISTAR berlaku perincian sebagai berikut :

Kadar 99,9  0,1 %
1 mL 20oC beratnya 1,048 – 1,049 gr
Titik bias 1,3710 – 1,3725

Pereaksi-pereaksi yang sangat murni ini jarang dipakai pada praktikum di sekolah-sekolah.

c. TEKNIS
Komponen zat-zat kimia yang teknis bervariasi banyak dan tidak ada spesifikasi yang terperinci. Reagen yang teknis ini cukup memadai untuk keperluan-keperluan dalam pendidikan. Misalnya untuk mempelajari pertumbuhan kristal, meneliti efek panas pada nitrat dan sebagainya. Zat-zat kimia teknis biasanya dipakai untuk berbagai keperluan industri.


d. KRISTALIN MURNI

Kemurnian pereaksi terletak antara analar dan teknis terbaik. Perincian diberikan dengan kadar minimum 99%. Misalnya kalium nitrat kristalin murni mempunyai komposisi sebagai berikut :

Kadar minimum KNO3 99%

Limit maksimum zat pengotor :
Klorida 0,02%
Sulfat 0,02%
Natrium 0,5%

Di samping tingkatan kualitas seperti di atas itu diperdagangkan pula pereaksi-pereaksi dengan spesifikasi terperinci untuk keperluan-keperluan tertentu. Misalnya untuk kromatografi, spektroskopi, analisis klinik, penentuan biokimia, kultur jaringan dan sebagainya.


e. ZAT-ZAT KIMIA UNTUK KEPERLUAN FARMASI (D.A.B) DEUTSCHES ARZENEI BUCH

Zat-zat kimia untuk keperluan farmasi.
Harga suatu pereaksi makin tinggi, makin murni pereaksinya, seperti dapat kita lihat pada tabel di bawah ini untuk kalium nitrat.
Pereaksi-pereaksi yag dipakai pada pendidikan tidak perlu kristalin murni, yang harus diperhatikan adalah membeli pereaksi dengan kualitas yang memadai keperluan. Pereaksi yang teknik biasanya dijual dalam kemasan yang lebih besar dari pada tingkatan yang lebih murni. Selalu akan lebih menguntungkan untuk membeli zat kimia dalam kemasan besar selama zat tersebut tidak mengalami perubahan pada penyimpanan. Misalnya natrium klorida, belerang, kalsium karbonat dan lempeng timbal lebih murah dibeli dalam kemasan besar. Hanya caranya penyimpanan harus diperhatikan . Keler gelas yang besar paling cocok untuk menyimpan pereaksi padat. Beberapa pereaksi terdapat dalam beberapa bentuk, misalnya natrium hidroksida dijual sebagai pel, kepingan atau batangan, masing-masing dengan kemurnian yang berbeda-beda. Untuk keperluan praktikum kimia di sekolah-sekolah sudah memadai kalau dipakai pel.

f. PENCAMPURAN LARUTAN
Bila dua larutan yang mengandung zat terlarut yang sama dalam pelarut yang sama dicampurkan, komposisi larutan campuran dapat dihitung dari tabel-tabel masa jenis. Bila kita harus mencampur asam sulfat pekat (d = 1,84 gr/mL) dengan asam sulfat encer ( d = 1,40 gr/mL) untuk memperoleh asam sulfat dengan masa jenis 1,60 gr/mL, maka dari tabel masa jenis dapat diperoleh data-data yang berikut :


Tabel VI.4 : masa jenis dan komposisi persen beratnya
Masa jenis (gr/mL) Komposisi % berat
1,40 50,50
1,84 97,50
1,60 69,09
Maka (97,50 – 69,09) = 28,41 gr asam sulfat 50,50% harus dicampur dengan (69,09 – 50,50) gr = 18,59 gr asam sulfat 97,5 % untuk memperoleh asam sulfat yang kerapatannya = 1,60 gr/mL.


g. PEMBUATAN PEREAKSI LABORATORIUM
Pada waktu pembuatan larutan pereaksi dalam laboratorium, hal-hal di bawah ini harus diperhatikan
a. Botol-botol reagen harus diberi etiket yang jelas. Bila zat-zat tersebut berbahaya, hendaknya diberi pula tanda-tanda bahaya tersebut. Dalam hal ini dapat digunakan lambang-lambang yang telah diterima untuk menyatakan bahaya tertentu.
Zat-zat seperti NaOH 2 M yang disediakan dalam jumlah yang banyak hendaknya disimpan dalam botol yang beretiket tahan korosi.
Zat-zat yang dapat diuraikan oleh cahay seperti KMnO4 dan AgNO3 harus disimpan dalam botol-botol yang berwarna gelap dan hendaknya disimpan dalam tempat yang gelap pula.

b. Akuades atau akua D.M (Aqua Demineralisa) adalah pelarut yang baik untuk larutan-larutan akwa. Tetapi hendaknya diingat bahwa akuades yang telah lama disimpan selalu mengandung CO2 yang terlarut di dalamnya.

c. Bila ketahui bahwa suatu zat dapat merosot kadarnya jika disimpan lama, maka janganlah kita buat larutan persediaan terlalu banyak. Suatu larutan baru hendaknya jangan dicampurkan pada larutan lama. Botol zat tersebut harus dikosongkan, dicuci dan dibilas sebelum diisi dengan larutan yang baru dibuat.

d. Dalam pembuatan larutan di bawah ini, istilah alkohol menyatakan etanol, berupa zat cair yang tak berwarna, 74 O.P.


Cara pembuatan Larutan
Dalam setiap laboratorium harus tersedia larutan induk atau larutan persediaan dari bermacam-macam pereaksi. Larutan pereaksi ini dapat dibagi dalam 4 golongan :
1. Larutan pereaksi yang konsentrasinya tidak perlu terlalu tepat.
2. Larutan baru yang konsentrasinya diketahui dengan tepat.
3. Larutan baku pembanding yang mengandung zat baku primer dengan konsentrasi yang tepat.
4. Larutan baku titrimetri yang mengandung zat baku sekunder atau zat lain dengan konsentrasi yang tepat.

Larutan seperti didefinisikan pada (1) dibuat sebagai berikut :
Zat ditimbang dengan neraca Mohr atau neraca teknik, pada kaca arloji. Kemudian dilarutkan dengan volume air (atau zat pelarut yang lain) tertentu yang diukur dengan gelas ukur. Bila zat itu adalah zat padat, penambahan zat pelarut harus sedikit demi sedikit sampai zat tersebut larut kemudian baru ditambahkan sisa larutan yang diperlukan.

Pembuatan larutan 2,3, dan 4 harus dilakukan sebagai berikut :
a. Zat ditimbang dengan teliti pada neraca analitik dalam botol timbang.
b. Zat ini kemudian dipindahkan ke dalam labu ukur dengan menggunakan corong pendek.
c. Botol timbang kemudian ditimbang lagi. Selisih kedua penimbangan adalah masa zat yang dipindahkan ke dalam labu ukur.
d. Tambahkan akuades sedikit demi sedikit sambil digoyang-goyangkan sampai larut. Kemudian tambahkan akuades sampai tanda batas.
e. Tutup labu takar tersebut dan kocok beberapa kali sampai terdapat larutan yang homogen.

Di bawah ini diberikan pembuatan pereaksi-pereaksi yang banyak digunakan :

Asam Asetat
Encerkan 58 cm3 asam asetat glasial dengan akuades sampai volumenya tepat 1 liter.

Adenosin trifosfat
Diperdagangkan sebagai garam-garam dinatrium.

PEREKAT
a. Tahan asam. Campurkan 1 bagian larutan karet, dua bagian minyak cat dan tiga bagian bata halus.

b. Untuk besi. Campurkan 90 bagian serbuk besi, 1 bagian belerang, 1 bagian amonium klorida.
Tambahkan sedikit air dan aduk sampai terjadi suatu pasta.
Campuran ini harus segera dipakai.

c. Untuk selofan. Campurkan 15 gr propan-1,2,3 triol (gliserol) dengan 85 gr gom arab atau gelatin

d. Untuk gelas. Campurkan 100 gr gom arab dengan 25 cm3 akuades.
Tambahkan 0,2 gr aluminium sulfat yang telah dilarutkan dalam 2 cm3 akuades.

AGAR-AGAR
Suatu zat yang berupa gelatin, diekstrak dari ganggang laut. Dipakai untuk pembuatan media padat, biasanya untuk pembiakan mikro-organisme.
Biasanya cukup dipakai 10-15 gr agar-agar per liter, tetapi dapat dipakai sampai 20 gr bila diperlukan aditif asam. Bermacam-macam zat yang dapat ditambahkan pada media agar-agar ini sebagai makanan untuk mikroorganisme yang sedang dibiakan. Kadang-kadang media khusus ini tersedia dalam bentuk tablet. Juga agar-agar dapat diperoleh dalam bentuk tablet.

1. Agar-agar, untuk isolasi fungi (Rhizoetonia)
Gunakan agar-agar biasa dengan melarutkan 15 gr agar-agar dalam 1 liter air dan kemudian disterilkan dalam autoklaf. Bila mycelium telah tumbuh (bakteri biasanya tak dapat tumbuh pada media ini) pindahkan sedikit agar-agar yang mengandung mycelium tadi pada agar-agar kentang.

2. Agar-agar dihitamkan : untuk pertumbuhan bibit nicotisnis (tembakau) termasuk strain albino. Tambahkan 30 gr agar-agar dan 6 sendok the karbon halus pada 1 liter air. Panaskan sambil diaduk. Sterilkan dalam autoklaf.

3. Agar-agar darah. Untuk kultur bakteri misalnya dari tanah.
Agar-agar darah dapat diperoleh dalam bentuk tablet. Tambahkan 2 tablet pada 10 cm3 akuades dan rendam sampai larut (kira-kira 15 menit). sterilkan dalam autoklaf.

4. Agar-agar tepung jagung.
a. Campurkan 30 gr tepung jagung dengan 1 liter akuades. Didihkan sambil diaduk selama 15 menit. Biarkan beberapa menit dan cairan jernih didekantasi. Pada setiap 100 cm3 cairan, tambahkan 2 gr agar-agar. Panaskan dan aduk sampai agar-agar tersebut larut. Sterilkan dalam autoklaf.
b. Tambahkan 17 gr tepung jagung Difco (dari Oxoid, Ltd) dan 1 gr ekstrak ragi pada 1 liter akuades. Panaskan dan aduk sampai agar-agar tersebut larut. Sterilkan dalam autoklaf.

5. agar-agar, pengecambahan bibit kecil
Campurkan 3-4 gr agar-agar dengan 100 cm3 akuades, didihkan sambil diaduk, tuangkan ke dalam cawan petri dan biarkan menjadi padat.

6. agar-agar, glukosa -1-fosfat
Tambahkan 4 gr agar-agar dan 1 gr glukosa -1-fosfat pada 200 cm3 akuades. Didihkan sambil diaduk. Tuangkan ke dalam cawan petri yang steril sampai tingginya 2 cm.

7. agar-agar, Mac Conkey’s; untuk pembiakan bakteri coliform.
Medium ini dapat diperoleh dalam bentuk tablet dari astell. Larutkan 2 tablet agar-agar Mac Conkey dalam 10 mL akuades (memakan waktu kira-kira 10-15 menit). Sterilkan dalam autoklaf.

NB : bila hendak menyelidiki apakah suatu cuplikan air mengandung bakteri coliform, maka air yang dipakai hanya 9 cm3. 1 cm3 cuplikan ditambahkan sesaat sebelum agar-agar tersebut memadat.

8. agar-agar, ragi (malt) untuk pembiakan ragi dan mikrofungsi lain :
a. Tambahkan 15-80 gr agar-agar dan 20 gr ekstrak ragi pada 1 liter akuades. Aduk sampai rata. Sterilkan dalam autoklaf.
b. Agar-agar ragi (malt) juga tersedia dalam bentuk tablet. Larutkan 2 tablet dalam 10 cm3 akuades. Sterilkan dalam autoklaf.

9. agar-agar, bahan gizi
Tambahkan 10 gr ekstrak daging, 10 gr pepton, 5 gr Natrium klorida dan 15 gr agar-agar pada 1 liter akuades. Panaskan sampai larut. Atur pH larutan sampai 7,5 dengan menambah natrium hidrokarbonat. Saring panas-panas dan sterilkan.

10. agar-agar bahan gizi
Untuk menyelidiki efek bahan gizi pada pertumbuhan bakteri. Ini merupakan media agar-agar yang mengandung bermacam-macam garam, mineral dan glukosa.
Larutkan zat-zat yang diperlukan ke dalam 200 mL akuades. Tambahkan 20 gr agar-agar dan encerkan sampai 1 liter. Panaskan, sambil diaduk terus (di atas penangas air bila perlu) sampai semua agar-agar larut. Sterilkan dalam autoklaf, tetapi jangan melebihi 65 di atas tekanan atmosfer untuk mencegah penguraian glukosa.

11. agar-agar pertumbuhan tanaman
a. Bebas nitrogen. Tambahkan zat-zat yang berikut ini pada 1 liter akuades (pakai zat-zat yang analar) :
1 gr dikaliumhidrogenfosfat
0,5 gr kalsium tetrahidrogen diortofosfat
0,2 gr magnesium sulfat
0,1 gr natrium klorida
0,01 gr besi (III) klorida
15 agar-agar
Didihkan sambil terus diaduk. Sterilkan dalam autoklaf
b. Dengan Nitrogen. Tambahkan amonium sulfat pada campuran di atas air itu (0,05 gr per 100 cm3 medium)

12. agar-agar, mensporakan Aspergillus
Tambahkan pada 1 liter akuades
- 1 gr natrium nitrat
- 0,5 gr magnesium sulfat 6 akua (6H2O) MgSO4.6H2O.
- 0,5 gr kaliumklorida
- 1,5 gr kalium hidrogen fosfat
- Sedikit besi (II) sulfat-7H2O
- Sedikit seng sulfat
- 20 gr glukosa
- 15 gr agar-agar
Panaskan dan aduk sampai agar-agarnya larut. Sterilkan.

13. agar-agar, kanji; untuk menyelidiki amylase
Tambahkan 2 gr agar-agar pada 100 cm3 larutkan kanji 1 % yang dingin. Biarkan selama 10 menit. Panaskan sambil diaduk sampai mendidih. Tuangkan ke dalam cawan petri. Sebelum dituangkan ke dalam cawan petri, dapat juga disterilkan terlebih dahulu. Adakalanya dipakai agar-agar ion dan bukan agar-agar standar. Bila membuat agar-agar ini bening seperti air. Banyaknya agar-agar ion yang diperlukan pun lebih sedikit , 0,5 -1,0 gr sudah cukup untuk resep di atas itu.

Albumin, telur, untuk percobaan-percobaan “digestion” protein.
Campurkan telur putih dengan akuades yang sama volumenya. Tuangkan campuran ini ke dalam 500 cm3 air pada 60oC sambil terus diaduk. Panaskan sampai 80 oC, sampai campuran tersebut buram. Dinginkan dan saring melalui kain, glasswool atau corong Buchner.

Albumin telur; larutan persediaan untuk merekatkan belahan mikrotom pada kaca mikroskop.
Campurkan 50 cm3 telur putihnya dengan 50 cm3 larutan natrium klorida 1%. Bila perlu disentrifuga untuk menghilangkan endapan.
Untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme dapat ditambahkan 0,2 natrium 4-hidroksi benzenkarboksilat (natrium hidroksi benzoat).

Alkohol
Dahulu, nomenklatur yang dipakai untuk macam-macam alkohol, agak membingungkan. Istilah-istilah ini dianjurkan.
- Etanol adalah nama kimia untuk alkohol yang rumusnya C2H5OH, dikenal dengan nama etil alkohol.
- Metanol rumusnya CH3OH, di kenal juga dengan nama metil alkohol.
- Proofspirit (alkohol tulen) mengandung 49,28% berat etanol (atau 57,10%) volume dan mempunyai rapat masa relatif 0,91976 pada 15,55oC.
- Derajat overproof (oO.P) menyatakan penambahan volume bila 100 volume alkohol diencerkan dengan air untuk memperoleh proof spirit. Suatu larutan etanol 50 OP, berarti bahwa 100 volume etanol tersebut harus dicampur dengan 50 volume air untuk menjadi proof spirit.
- Alkohol industri, adalah istilah yang dipakai untuk menyatakan alkohol dengan kualitas industri yang biasanya mengandung 96-98% etanol.
- Alkohol industri yang mengandung metanol
Terjadi dari 95% etanol dan 5% metanol kasar. Dapat diperoleh dengan dua kualitas 60o OP dan 74oOP, yang terakhir ini mengandung 99,4% alkohol (etanol + metanol) dan cukup murni untuk keperluan praktikum di sekolah-sekolah.

- Alkohol absolut, berarti 100% alkohol
Ini mahal sekali, karena itu jarang dipakai di laboratorium sekolah-sekolah. Bila pada pembuatan pereaksi dikatakan alkohol absolut, sebagai penggantinya boleh dipakai alkohol 74o OP yang telah dikeringkan terlebih dahulu dengan tembaga (II) sulfat anhidris.

- Spiritus biasa adalah nama dengan alkohol industri yang mengandung metanol dan mengandung pula sedikit parafin piridin dan metil metil violet. Tidak dapat dipakai sebagai pengganti alkohol industri yang mengandung metanol.

- Alkohol, asetat (cairan Clarke)
Campurkan 25 cm3 asam asetat glasial dengan 75 cm3 alkohol absolut.


- Alkohol asam
a. Tambahkan 6 tetes asam sulfat pekat pada 100cm3 alkohol 70%.
b. Untuk merendam lembek jaringan tanaman. Larutkan 25 cm3 HCl dalam 75 cm3 alkohol 95%.

- Alkohol, alkali
Tambahkan beberapa tetes natrium hidrokarbonat 0,1 % pada 100cm3 alkohol 70%.

- Alkohol, amonia
Tambahkan beberapa tetes amonia 1 M ke dalam 100cm3 alkohol 70%

- Alkohol, anilin
Tambahkan 1 cm3 anilin pada 1 liter alkohol 90%.
Alkohol-metanol (alkohol-formalin); untuk fiksasi
Larutkan 6 cm3 formaldehid 40% ke dalam 100 cm3 alkohol 70%.

Alizarin merah S.Dawuson
larutkan 0,1 gr alizarin merah S ke dalam larutan 10 gr KOH dalam 1 liter akuades.

Aluminium (III) kalium sulfat-12 akua (alum); larutan jenuh, untuk pertumbuhan kristal.
Larutkan 30 gr aluminium (III) kalium sulfat-12 akua dalam 100 cm3 air panas (50oC). Biarkan sampai dingin dan tanamkan sebuah kristal kecil ke dalam larutan jenuh ini. Tempatkan pada temperatur yang konstan dalam bejana yang tertutup.

Medium Amann, zat pembersih untuk belahan.
Larutkan 20 gr fenol dalam 20 cm3 akuades. Tambahkan 20 gr asam -2-hidroksi propanoat (asam laktat), aduk sampai melarut seluruhnya. Akhirnya tambahkan 33,3 cm3 propan-1,2,3-triol (gliserol).

Asam 4-amino benzen sulfonat
Buat larutan 1% pereaksi di atas ini dalam asam asetat 30%.

Amoniakal tembaga (I) klorida
Larutkan 250 gr amonium klorida dalam 750 cm3 akuades. Ke dalam larutan ini kemudian ditambahkan 200 gr tembaga (I) klorida. Buat suatu larutan amonia dengan mengencerkan 60 cm3 amonia (d = 0,880) dengan 250 cm3 akuades. Tambahkan larutan amonia encer ini pada larutan tembaga. Larutan dapat diawetkan dengan meletakan kawat spiral tembaga yang bersih ke dalamnya.

Amonium karbonat 2M
Larutkan 160 gr amoniumkarbonat ke dalam campuran 140 cm3 amonia (d = 0,880) dan 860 cm3 akuades.

Amonium klorida 1M
Larutkan 53,5 gr amonium klorida ke dalam 1 liter akuades.
Amonium Oksalat 0,5 M
Larutkan 72 gr amonium oksalat-1 akua dalam 1 liter akuades.

Amonium molibdat
Larutkan 40 gr molibdat (VI) oksida (teroksida) ke dalam campuran 70 cm3 amonia 0,880 dan 140 cm3 akuades.
Tambahkan sambil diaduk terus-menerus suatu campuran 250 cm3 asam nitrat pekat dan 500 mL akuades. Encerkan sampai 1 liter. Biarkan selama 48 jam dan larutan yang jernih didekantasi.

Amonium sulfat (jenuh)
Tambahkan 750 gr amonium sulfat pada 1 liter akuades. Aduk sampai diperoleh suatu larutan jenuh.

Amonium sulfat; larutan pupuk
Larutkan 20 gr amonia sulfat dalam 4 liter leding. Ini dapat dipakai memupuk 1 m2 tanah.

Amonium sulfida
Jenuhkan sevolume larutan amonia 5M dengan gas H2S. tambahkan amonia encer dalam volume yang sama. Pereaksi ini dapat dioksidasi oleh udara hingga terjadi endapan belerang.

Anaesthetic; dietil eter
Anaesthetic; untuk ikan dan amfibi
Pakai etil 3-aminobenzen karboksilat (HS-222 standar atau etil m-aminobenzoat). Larutkan 0,5 pereaksi tersebut dalam 100 cm3 air kolam. Letakan binatang-binatang selama beberapa menit dalam larutan di atas itu hingga tidak bergerak lagi.

Anilin biru (cotton blue lactophenol)
Larutkan 1 gr biru anilin dalam campuran sebagai berikut :
25 cm3 akuades, 25 cm3 gliserol, 25 gr asam laktat dan 25 gr fenol.

Anilin biru
Larutkan 0,5 gr biru anilin dalam 99,5 cm3 laktofenol (media amann).

Anilin biru – Orange G
Larutkan 0,5 gr anilin biru dan 2 gr Orange – G ke dalam 100 cm3 akuades. Tambahkan 8 cm3 asam asetat glasial.

Anilin klorida; khusus untuk mewarnai lignin.
Larutkan 1 gr anilin klorida dalam 89 cm3 alkohol 70 %, tambahkan 10 cm3 larutan HCl 0,1M.

Anilin sulfat (khusus untuk mewarnai lignin)
Larutkan 1 gr anilin sulfat dalam 89cm3 alkohol 70%. Tambahkan 0,05 M asam sulfat, simpan dalam botol yang berwarna gelap.
Larutan antiseptik, untuk mensterilkan thermometer.
Pakai larutan cetrimida BNF (British National Formulary) atau larutan kloroxylanol BPC (British Pharmaceutical Codex).

Akua Regia
Campurkan dengan hati-hati 50 cm3 asam nitrat pekat dengan 150 cm3 HCl pekat.

Amonia 1M
Tambahkan 66,7 cm3 amonia pekat pada 750 cm3 akuades dan encerkan sampai 1 liter.

Asam askorbat, vitamin C
Larutkan 100 mg vitamin C dalam akuades sampai 100 mL atau suatu larutan standar 0,1 % dapat diperoleh dengan melarutkan 2 tablet vitamin C 50 mg ke dalam 100 cm3 akuades. Tablet-tablet tersebut harus digerus dalam mortir dengan sedikit air dan disaring untuk menghilangkan kapur atau kanji. Filtratnya kemudian diencerkan sampai 100 cm3.

Pereaksi Benfeod
Larutkan 13 gr tembaga (II) asetat ke dalam 200 cm3 asetat 1%.

Barium Klorida 1M
Larutkan 244,3 gr BaCl2.2H2O dalam air hingga volumenya 1 liter.

Barium difenilamin p-sulfonat : indikator redoks
Larutkan 0,2 gr indikator tersebut dalam 100 cm3 akuades.

Barium Hidroksida 0,2 M
Larutkan 63 gr Ba(OH)2.8H2O dalam 1 liter akuades. Saring dan jaga larutan tersebut terhadap CO2 dalam atmosfer.

Barium nitrat 0,5M
Larutkan 130,5 gr Ba(NO3)2 dalam 1 liter akuades.

Air Barit
Larutkan 32 gr Ba(OH)2.8H2O dalam 1 liter akuades. Setelah dibiarkan beberapa lama, larutan yang jernih didekantasi dan ditempatkan dalam botol yang tertutup dengan tabung yang berisi Na2CO3.

Bedacryl 122 X
Pelarut organik ini dipakai untuk melapisi permukaan pelat agar-agar untuk memperlambat pertumbuhan bakteri. Cairan dituangkan di tengah-tengah pelat dan dibiarkan meluas di atas seluruh permukaan, kemudian dibiarkan terbuka selama 12 jam.

Larutan Benecke, untuk pembiakan ganggang air tawar
Larutan 0,5 gr kalsium nitrat, 0,1 gr magnesium sulfat, 0,2 dikalium hidrogenfosfat dan 1 tetes besi (III) klorida dalam 1 liter akuades.

Pereaksi Benedict
Larutkan 100 gr natrium karbonat anhidris dan 173 natrium sitrat ke dalam 600 cm3 akuades. Saring dan encerkan sampai 850 cm3.
Larutkan 17,3 gr tembaga (II) sulfat -5akua dalam 100 cm3 akuades dan encerkan sampai 150 cm3.
Bila kedua larutan di atas itu telah dingin, perlahan-lahan tambahkan larutan tembaga sulfat ke dalam larutan campuran karbonat/sitrat. Encerkan bila perlu sampai tepat 1liter.

Benzen-1,3-diol
Larutkan 0,05 gr benzen -1,3-diol (resorsinol) ke dalam suatu campuran dari 30 cm3 HCl pekat dan 70 cm3 akuades.

Bismut (III) klorida, 0,16M
Larutkan 53 gr BiCl3 dalam 1 liter HCl encer (200 cm3 HCl pekat diencerkan sampai 1 liter).

Pereaksi Biuret
A. Larutkan 440 gr NaOH dalam 1 liter akuades
B. Larutkan 2,5 CuSO4.5H2O dalam 1 liter akuades 1 cm3 larutan A ditambahkan pada larutan yang diperiksa, kemudian ditambahkan 1 tetes larutan B. Warna ungu menandakan adanya protein.

Kertas Biuret. Tambahkan larutan 1 % CuSO4.5H2O pada larutan A tetes demi tetes sambil diaduk sampai terjadi warna biru tua. Celupkan kertas saring ke dalam pereaksi di atas. Keringkan dan potong-potong menjadi carikan-carikan kecil.

Air Brom
Tambahkan 25 cm3 brom ke dalam 500 cm3 akuades dalam botol besar. Kocok botol tersebut sampai semua brom melarut.

LARUTAN BUFFER
1. Buffer Asetat
Larutkan 5,45 gr natrium asetat ke dalam 10 cm3 asam asetat glasial. Encerkan dengan akuades sampai 1 liter.
2. Buffer, formalin
Tambahkan 2 gr formaldehid (metanal) 40% pada 100 cm3 buffer fosfat 0,067 M pH buffer yang diperoleh adalah 7,3.

3. Buffer, fosfat, 0,067 M pH = 7,3
Larutkan 0,18 gr KH2PO4 dan 0,75 gr Na2HPO4 dalam 100 cm3 akuades.

4. Buffer untuk Titrasi Kompleksometri
a. pH = 2, tambahkan 21 cm3 HCl 1 M pada 20 cm3 natrium asetat 1 M dan encerkan sampai 100 cm3.
b. pH = 10, larutkan 6,75 gr NH4Cl ke dalam 57 cm3 amonia dan encerkan sampai 100 cm3.
5. Buffer dengan pH = 1
25 cm3 KCl 0,2 F ditambahkan 67 cm3 HCl 0,2 F dan 1,6 cm3 NaCl 0,01 F, kemudian encerkan dengan akuades sampai volumenya tepat 100 cm3.

6. Buffer dengan pH = 3
50 mL kalium hidroptalat 0,1 F ditambahkan 22,3 cm3 HCl 0,1 F dan 13 cm3 NaCl 0,01 F. Kemudian diencerkan dengan akuades sampai volumenya tepat 100 cm3.

7. Bufer dengan pH = 6
50 cm3 K2HPO4 0,1 F dicampurkan dengan 5,6 cm3 NaOH 0,1 F dan 16 cm3 NaCl 0,01 F, kemudian diencerkan dengan akuades sampai volumenya tepat 100 cm3.

8. Buffer dengan pH = 6
50 cm3 boraks (Na2B4O7) 0,025 F ditambah 4,6 cm3 HCl 0,1 F dan 16 cm3 NaCl 0,01 F, kemudian diencerkan dengan akuades sampai volumenya tepat 100 cm3.

Air klor
Alirkan gas klor ke dalam akuades sampai jenuh. Simpan dalam botol yang berwarna gelap.

Kertas Kobalt Klorida; untuk menyatakan adanya uap air
Larutkan 1 gr kristal Co (II) klorida dalam 20 cm3 akuades. Celupkan kertas saring ke dalam larutan ini, dan keringkan. Mula-mula di udara, kemudian dalam oven pada 100oC. Potong-potong kertas saring tersebut dan simpan dalam eksikator.

Larutan Bromelin; suatu protease
dapat diperoleh dari nanas yang segar. Kupas buah nanas dan diblender selama 10-20 detik. Peras dan saring dengan kain. Ekstrak enzim ini dapat dipakai dalam banyak eksperimen sebagai pengganti pankreatin, sumber protease.

Larutan Khromatograf
a. Untuk memisahkan asam amino. Campurkan 40 cm3 butan-1-ol, 10 cm3 asam asetat glasial dan 15 cm3 akuades.
b. Untuk memisahkan pigmen klorofil. Campurkan 10 cm3 propanon (aseton) dan 90 cm3 petroleum eter 40-60o atau campurkan 12 cm3 propanon dan 100 cm3 petroleum eter 100-120oC.
Untuk memisahkan basa DNA. Campurkan 170 cm3 propan-2-ol, 3 gr akuades dan 41 cm3 HCl pekat.

Cairan dekalsifikasi; untuk tulang dan cairan-cairan yang mengandung kapur.
a. Larutan 125 gr garam tetra natrium etilendiamin tetraasetat (EDTA) ke dalam 1 liter akuades. Atur pH larutan menjadi 7 dengan penambahan larutan NaOH pekat.
b. Campurkan 40 cm3 asam nitrat 10% 30 cm3 alkohol dan 30 cm3 asam kromat encer.
Setelah jaringan didekalsifikasi, harus dipindahkan ke dalam larutan alkohol 70%.


LARUTAN FEHLING

Larutan A. larutkan 69,2 gr kristal tembaga (II) sulfat ke dalam akuades dan encerkan sampai 1 liter. Bila larutan agak keruh, tambahkan 1-2 tetes asam sulfat pekat.

Larutan B. Larutkan 154 gr natrium hidroksida dan 350 gr natrium kalium 2,3 dihidroksi butan-1,4-diot (tartat) ke dalam 1 liter akuades.
Simpan larutan A dan larutan B dalam botol yang terpisah. Bila akan dipakai, campurkan larutan A dan B dengan volume yang sama.

Alkohol Formal-asetat; fiksatif untuk zat botano di mana tidak diperlukan fiksasi kritik dari isi sel. Khusus untuk ganggang, campurkan 3-5 cm3 asam asetat glasial dengan 90 cm3 alkohol (70% atau 50% untuk jaringan-jaringan yang halus). Tambahkan 5-7 cm3 larutan formaldehid 40%.

Buffer Formaldehida; sebagai fiksatif jaringan binatang
Larutkan 4 gr natrium dihidrogenfosfat (NaH2PO4) dalam 900 cm3 akuades. Kemudian tambahkan 100 cm3 larutan formaldehid 40%.

Larutan Formaldehid
Diperdagangkan sebagai formalin atau larutan formal adalah larutan 40% (b/b) metanal dalam air. Konsentrasi metanal selalu dinyatakan dalam kadar metanalnya.
Misalkan, bila 1 volume larutan formalin (40% metanal) dicampurkan dengan 9 volume air, larutan yang diperoleh adalah larutan metanal 4% dan bukan 10% formalin atau 10% formal.

Formalin Nitrat
Tambahkan sedikit dinatrium tetra borat (boraks) ke dalam larutan metanal pekat. Periksa dengan kertas lakmus sampai pH netral atau basa.

Gliserol; dipakai sebagai perekat temporer
Campurkan 50 cm3 propan-1,2,3-triol (gliserol) dengan 50 cm3 akuades. Tambahkan 1 cm3 larutan timol pekat.

Gliserol Asam; dipakai sebagai perekat botani temporer
Campurkan 50 cm3 gliserol dengan 50 cm3 akuades. Tambahkan 5 cm3 HCl pekat.

Gliserol Jelly, medium perekat
Rendam 10 gr gelatin dalam 60 cm3 akuades selama 2 jam. Tambahkan 70 cm3 gliserol dan 0,25 gr fenol. Panaskan di atas penangas air sambil terus diaduk sampai rata. Simpan dalam refrigerator.

Asam klorida
Tambahkan perlahan-lahan 89,05 cm3 asam klorida 35% (perekat) pada 750 cm3 akua D.M dalam gelas ukur 1 liter. Encerkan sampai 1 liter.

Hidrogen peroksida; biasanya dapat dibeli sebagai peroksida yang mengandung 6 % (b/v) H2O2 dalam air. Harus disimpan dalam tempat yang dingin dan gelap.

Larutan Kleb, untuk biakan Euglena
Pada 1 liter akuades tambahkan 0,25 gr kalium nitrat, 0,25 gr magnesium sulfat, 0,25 gr kalium dihidrogen fosfat dan 1,0 gr kalsium nitrat. Setelah larut, tambahkan 0,01 gr serbuk bulyan bacto-tryptophane. Bila dipakai untuk biakan Euglena, encerkan dengan 9 bagian air dan tambahkan 20 butir beras yang telah dididihkan selama 5 menit pada setiap 1 liter larutan encer.

Larutan Knop; untuk ganggang

Larutan A : larutkan 1 gr magnesium sulfat, 1 gr kalium nitrat dan 1 gr kalium hidrogen fosfat dalam 1 liter akuades.

Larutan B : larutkan 3 gr kalium nitrat dalam 1 liter akuades. Campurkan larutan A ke dalam larutan B. larutan yang diperoleh diencerkan dengan 4 bagian air.
Laktofenol
Campurkan kristal fenol propan-1,2,3-triol (gliserol), asam -2- hidroksipropanoat (asam laktat) dan akuades, masing-masing dengan berat yang sama.

Air Kapur
Tambahkan 5 gr kalsium hidroksida pada 2 liter akuades. Kocok secara periodik selama 24 jam.

Pereaksi Lucas
Larutkan 136 gr seng klorida anhidris dalam 105 cm3 asam klorida pekat.

Pereaksi Millon; untuk menguji protein
Letakkan 1 cm3 raksa dalam gelas piala kecil atau dalam cawan penguap dalam lemari asam. Tambahkan dalam 9 cm3 asam nitrat pekat. Bila reaksi telah sempurna, tambahkan 10 cm3 akuades.

Magnesium Mixture
Campurkan 10 gr MgCl2, 14 gr NH4Cl, dan 7 gr NH4OH, kemudian tambahkan 150 mL akuades.

Reagen molibdat
Campurkan 45 Amoniummolibdat p.a (NH4)6Mo7O24.4H2O dengan 40 mL NH4OH pekat, 60 mL H2O, larutkan dengan baik, dan 120 gr NH4NO3. Encerkan dengan akuades sampai volume 1 liter.

Natrium Cobaltinitrat
20 gr Na3Co(NO2)6 ditambah 20 gr natrium asetat, ditambah 20 mL CH3COOH pekat dan ditambah 80 mL H2O.
N.B. Cara pembuatan ini berbahaya dan guru-guru lebih baik membeli pereaksi millon yang selesai. Kita harus sangat berhati-hati bekerja dengan pereaksi millon ini.

Pereaksi millon (modifikasi cole)
N.B lihat peringatan di atas.

Larutan A : tuangkan 100 cm3 asam sulfat pekat ke dalam 800 cm3 air, sambil didinginkan di bawah kran air. Geruslah 100 gr raksa (II) sulfat dalam sebuah mortir yang sedikit larutan asam sulfat encer di dalam itu. Larutan yang terjadi dituangkan ke dalam labu 1 liter dan saring.

Larutan B : larutkan 5 gr natrium nitrat dalam 500 cm3 akuades.
Larutan ini agak tidak stabil .
Pada akhirnya, campurkan 2 volume larutan A dengan 1 volume larutan B. campuran ini stabil untuk beberapa minggu.

Larutan Maleach; untuk biakan ganggang air tawar
Larutkan 0,2 gr kalium nitrat, 0,2 gr magnesium sulfat dan 0,2 gr kalium hidrogen fosfat dalam 800 cm3 akuades. Dalam bejana lain, larutkan 0,2 gr kalium sulfat dalam 200 cm3 akuades. Campurkan larutan yang terakhir ini pada larutan yang pertama.

Larutan Moll; campurkan 20 cm3 gliserol dengan 80 cm3 larutan kalsium hidroksida 1 %.

Pereaksi Nessler
Larutkan 3,5 gr kalium iodida dalam 10 cm3 air dan aduk 1,25 gr raksa (II) klorida ke dalam larutan ini sampai melarut.
Secara hati-hati, tambahkan larutan jenuh raksa (II) klorida sampai terjadi endapan merah yang tidak menghilang. Kemudian larutkan 12 gr natrium hidroksida dalam larutan ini. Panaskan bila perlu.
Tambahkan beberapa tetes raksa (II) klorida sampai timbul lagi endapan merah yang tetap. Encerkan sampai 100 cm3 dan simpan dalam botol yang berwarna gelap. Pereaksi ini tidak tahan lama.

Phenolpthalein; indikator dengan trayek perubahan warna pada pH 8,2-9,8
Larutkan 0,5 gr Phenolpthalein dalam 50 cm3 alkohol dan encerkan sampai 100 cm3 dengan akuades.

Phenol Merah, indikator dengan trajek perubahan warna pH 6,4 – 8,2. Tambahkan 2,84 cm3 natrium hidroksida 0,1 M pada 01 gr phenol merah dan encerkan dengan akuades sampai 100cm3.

Developer Fotografi, tambahkan zat-zat berikut ini dalam 750 cm3 akuades pada 52oC.
- 2,3 gr metol
- 75,0 gr natrium sulfat
- 17 gr benzen-1,4-diol (hidrokinon)
- 65,0 gr natrium karbonat anhidris (atau 176,0 gr kristal natrium karbonat)
- 2,8 gr kalium bromida.

Encerkan sampai 1 liter dengan akuades.
Pada pemakaian dapat diencerkan lagi dengan perbandingan 1 : 1 , 1 : 2, atau 1 : 3, bergantung pada kontas yang diinginkan.

Kalium hidroksida
Padatannya dapat berupa pelet, kepingan atau batang. Untuk membuat larutan 1 M, larutkan 56 gr kalium hidroksida dalam air sampai volumenya 1 liter (pelarutan ini disertai pelepasan panas).
Simpan dalam botol dengan tutup karet. Hindarkan tutup gabus atau tutup gelas yang diasah.

Larutan KOH. Tambahkan 100 gr pelet kalium hidroksida dalam 50 cm3 akuades dalam labu bundar, di bawah air kran sambil terus digoncang-goncangkan. Simpan dalam botol dengan tutup plastik.

Larutan alkohol, refluks 10 gr pelet kalium hidroksida dengan 100 cm3 alkohol selama 30 menit. Dinginkan dan saring melalui glasswool.

Pereaksi Schiff; untuk aldehida
Larutkan 0,2 gr rosanilin dalam 40 cm3 larutan belerang dioksida yang baru dibuat. Biarkan selama beberapa jam hingga warna ros menghilang. Kocok larutan ini dengan 0,2 gr karbon. Saring dan encerkan dengan akuades sampai 200 cm3. Simpan dalam botol yang berwarna gelap.

Larutan Schultze; uji mikro untuk selulosa
Larutkan 30 gr seng klorida, 5 gr kalium iodida dan 1 gr iodium dalam 14 cm3 akuades. Simpan dalam botol coklat di tempat yang gelap.
Larutan ini hanya tahan 2-3 minggu.

Larutan kanji-indikator
Campurkan 20 gr kanji yang larut baik dalam air, dengan sedikit air dingin menjadi suatu pasta. Tuangkan pasta ini ke dalam 250 cm3 air mendidih. Larutan kanji selalu harus baru.

Pereaksi Tollens
Campurkan larutan perak nitrat dengan larutan natrium hidroksida 10%. Tambahkan larutan amonia secukupnya hingga endapan tetap melarut kembali.








BAB VII
TATA TERTIB PRAKTIKUM DAN FORMAT LAPORAN

A. Tata tertib praktikum kimia di laboratorium
Bagi semua pelaksana kegiatan yang dilakukan di laboratorium kimia, sangat penting memperhatikan petunjuk umum ataupun petunjuk khusus dalam melakukan praktikum. Berikut ini diperinci tentang petunjuk umum praktikum kimia dan petujuk khusus praktikum kimia yang biasanya disebut sebagai tata tertib praktikum kimia.
1. Petunjuk umum praktikum kimia
1) Jagalah selalu kebersihan baik kebersihan tempat kerja, maupun kebersihan alat-alat yang digunakan, terutama alat yang terbuat dari kaca/gelas.
2) Biasakan untuk memeriksa alat-alat (tabung reaksi, gelas piala, erlenmeyer, labu ukur, buret dan sebagainya) sebelum praktikum dimulai untuk mengetahui kalau terdapat kerusakan atau keretakan, kekurangan dalam jumlah, kurang bersih dan sebagainya.
3) Bila terdapat kerusakan atau keretakan atau juga kekurangan, segera melapor kepada laboran sebelum praktikum dimulai. Bila terdapat kekurangbersihan, maka dibersihkan terlebih dahulu.
4) Walaupun tampaknya alat dari gelas sudah bersih, cucilah terlebih dahulu sebelum percobaan dimulai sampai bersih benar. Pencucian menggunakan sabun atau deterjen dan air leding yang akhirnya dibilas dengan aquadest.
5) Biasakan sebelum melakukan praktikum, para praktikan telah mempelajari isi petunjuk praktikum sebaik-baiknya, terutama mempelajari persamaan reaksi, teori dan hukum-hukum yang berkaitan, sehingga tiap percobaan, dilakukan dengan cukup pemahaman. Perubahan yang akan terjadi dan bahaya (reaksi eksoterm, eksplosif, irritant, dan beracun), dapat diketahui sebelumnya.
6) Tiap percobaan hendaknya dilakukan atas petunjuk asisten pembimbing. Para praktikan melaporkan hasil pengamatannya kepada asisten pembimbingnya, masing-masing sekali percobaan yang diinstruksikan asisten pembimbingnya masing-masing. Laporan ini adalah laporan sementara, sedangkan laporan resminya atau laporan lengkapnya, dikerjakan di rumah (pada waktu lain).
7) Lima belas (15) menit sebelum waktu praktikum dimulai, praktikum harus siap dengan rencana praktikum di laboratorium. demikian juga lima belas (15) menit terakhir sebelum praktikum selesai, praktikan hendaknya menghentikan percobaannya. Waktu ini digunakan untuk membersihkan tempat kerja, alat-alat yang dipakai dan memeriksa jumlah dan macamnya. Bila terdapat kerusakan pada alat yang dipakai, segera dilaporkan kepada laboran untuk diadministrasikan lebih lanjut.
8) Hal-hal lain mengenai chemicalien
a. Pengambilan larutan-larutan dari botol
Jangan membiasakan diri untuk meletakan botol-botol sampai berderet di meja, terlebih lagi botol-botol itu dalam keadaan tidak tertutup. Biasakan tiap selesai mengambil suatu larutan dari botol , segera ditutup dan dikembalikan ke tempatnya semula. Tutup botol jangan sampai tertukar antara satu dengan yang lainnya. Pada waktu menuangkan larutan dari botol, peganglah etiket botol itu. Jika larutan yang diambil terlalu banyak, maka kelebihannya jangan dikembalikan ke dalam botol semula, tetapi dapat ditempatkan pada botol lain atau diberikan pada teman praktikan yang memerlukannya, atau dibuang saja di bak pencuci dan disiram dengan air sampai betul-betul hilang.
b. Pemakaian zat-zat atau larutan-larutan
Biasakan pemakaian zat-zat dalam jumlah sedikit ( 0,5 sampai 5 gr; 1 sampai 5 cc larutan), tindakan ini merupakan suatu penghematan, juga pengamatan pada reaksi yang terjadi, akan lebih jelas dan kurang atau tidak berbahaya jika dibandingkan dengan penggunaan zat yang banyak.
c. Pemanasan larutan-larutan
Peganglah tabung reaksi dengan menggunakan pemegang tabung reaksi dan mulut tabung reaksi diarahkan pada tempat kosong yang sekiranya tidak berbahaya jika terjadi semburan zat yang dibakar, dan tidak membahayakan teman lainnya atau diri sendiri. Bila pemanasan menggunakan tabung, maka tabung harus selalu digerak-gerakan atau digoyang-goyangkan. Dan bila pemanasan menggunakan gelas piala, gelas beker atau erlenmeyer, maka gelas-gelas ini diletakan di atas kasa kawat berasbes yang dipasang di atas kaki tiga. Larutan di dalamnya diaduk-aduk dengan batang gelas pengaduk dan nyala pembakar tidak langsung mengenai gelas.
d. Penggojokan larutan
Bila dilakukan dalam tabung reaksi, jangan melakukan penggojokan dengan menutup mulut tabung reaksi dengan menggunakan jari dan membolak-balikannya, melainkan dengan cara menuangkan berulang kali ke tempat lainnya. Namun bila larutan dalam gelas piala atau erlenmeyer, penggojokan dilakukan dengan cara menggoyang-goyangkan gelas tersebut secara melingkar.
e. Pencucian alat-alat tempat reaksi
Sebelum alat-alat dicuci, buanglah terlebih dahulu zat yang ada di dalamnya, ke dalam bak pencuci dan gerojoklah segera bak pencuci dengan air leiding.
Isilah alat itu dengan air leiding, gojok-gojoklah dan tuangkan airnya ke dalam bak pencuci. Selanjutnya isilah alat tersebut dengan sabun/deterjen. Gosoklah dengan sikat sampai bersih. Cuci dengan air leiding dan akhirnya dibilas dengan aquadest.
Bila dinding alat tersebut masih kotor, pilihlah bahan pelarut yang tepat untuk itu. Misalnya, noda endapan Mn(OH)3 atau MnO2, dapat dihilangkan dengan larutan asam oksalat + asam sulfat encer yang panas atau hangat. Campuran ini juga dapat membersihkan kotoran karena senyawa ferri.
f. Perhatikanlah sifat-sifat zat, gas dan larutan berikut ini agar waspada dalam menggunakannya
□ Gas-gas irritant/meradang atau merangsang
Gas-gas ini mengganggu kesehatan dan meracuni badan dengan jalan mengadakan perangsangan secara kimia pada kulit, selaput lendir pernapasan, jaringan paru-paru, selaput lendir mata dan rongga mulut. Dalam konsentrasi kecil, zat atau gas ini menyebabkan bersin atau batuk. Sedangkan dalam konsentrasi yang lebih besar, akan menimbulkan kerusakan jaringan paru-paru
Gas-gas itu adalah : sulfur dioksida (SO2), amoniak (NH3) nitrogen dioksida (N2O4), klor ( Cl2), fosgen (COCl2), hidrogen fluorida (HF), fluor (F2) dan uap brom (Br2).
□ Gas-gas beracun (chemical asphyxiants)
Gas ini mengganggu kesehatan badan karena secara fisik mengganggu atau menghalangi penyerapan oksigen ke dalam tubuh di dalam paru-paru.
Gangguan ini timbul bila konsentrasi gas tersebut dalam udara pernapasan, bertambah besar, sehingga konsentrasi oksigen di udara menurun.
Contoh gas-gas tersebut adalah : karbondioksida (CO2), nitrogen (N2), metana (CH4), etilen (C2H4), hidrogen (H2) dan helium (He)
□ Gas-gas dengan daya pembius (narcotic effect)
Gas-gas ini mempunyai efek pembius (mengantuk, tertidur, pembiusan dan tak sadarkan diri), daya anestesia (daya menghilangkan rasa. Gas ini sangat efektif untuk membius dalam konsentrasi besar.
Contoh gas-gas yang termasuk kelompok ini adalah : karbon tetra klorida (CCl4), triklor etilena (C2HCl3), benzena (C6H6), eter (C2H5OC2H5), kloroform (CHCl3), formalin (HCOH).
□ Zat-zat beracun
Zat ini adalah senyawa dari logam-logam berat seperti Hg (air raksa), Be (berilium), Pb (plumbum), Ba (barium), Sb (stumbium), As (arsen), Cu (cuprum), zat-zat oraganik seperti anilin dan nitrobenzena.
Zat-zat ini masuk ke dalam tubuh melalui kulit, mulut secara absorbsi.
□ Zat-zat yang merusak kulit
Sebagian zat organik menyebabkan dermatitis dan alergi misalnya zat organik aromatis (amina dan senyawa nitro), dapat menyebabkan kanker beberapa tahun kemudian. Begitu juga asbes yang berbentuk seperti wool.
□ Zat-zat yang sifat reaksinya sangat kuat dan eksplosif
Yang termasuk kelompok zat ini misalnya : asam kuat dan basa kuat, oksidator dengan serbuk logam atau reduktor, logam alkali tanah, logam alkali dengan asam, air dan pelarut yang mengandung halogen (F2, Cl2, Br2, I2), hidrida logam, hidrokarbon dengan halogen dan asam nitrat dengan alkohol.

2. Petunjuk khusu praktikum kimia
1) Eksperimen-eksperimen yang tidak diperkenankan dilarang untuk dilakukan
2) Prosedur eksperimen harus tepat diikuti. Bila ada yang meragukan, harus dicari kejelasannya dalam literatur kimia.
3) Peristiwa yang menimbulkan kerusakan harus segera dicari jalan keluarnya. Bila ada praktikan yang terluka, segeralah diberi pertolongan pertama, dan apabila lukanya parah, segeralah menghubungi rumah sakit bagian gawat darurat.
4) Dilarang merokok, minum dan makan di dalam laboratorium apalagi sewaktu praktikum dilaksanakan, kecuali ada tempat khusus.
5) Tidak boleh mengambil atau membawa alat atau bahan dari laboratorium, kecuali ada izin.
6) Jangan menyimpan zat-zat yang berbahaya pada sembarang tempat dan tanpa etiket atau label.
7) Simpanlah zat dan alat pada tempat semestinya. Tas, map dan semacamnya, tidak diperkenankan diletakan di atas meja eksperimen atau praktikum. Barang-barang berharga sebaiknya tidak dipakai dalam melakukan praktikum.
8) Jagalah kebersihan lorong-lorong setiap saat. Jangan ada air yang menggenang ataupun peccahan kaca dan lain-lain.
9) Praktikan harus menggunakan jas praktikan selama praktik di laboratorium.
10) Jangan membiarkan air dalam keadaan mengalir khususnya air leiding.
11) Jangan meninggalkan rangkaian alat percobaan atau percobaan kecuali memang ada prosedur eksperimennya.
12) Segala tumpahan zat , kaca atau larutan harus segera dibersihkan, terutama tumpahan larutan yang mudah terbakar, cairan merkury (Hg). Asam atau basa kuat, sebelum dibersihkan harus dinetralkan terlebih dahulu dengan perlakuan khusus.
13) Bila meninggalkan eksperimen atau percobaan yang berbahaya, sebaiknya diberitahukan atau dititipkan pada teman lainnya atau staf pembimbing.
14) Percobaan atau eksperimen yang menghasilkan zat-zat beracun atau berbau busuk, harus dilakukan di dalam lemari asam, karena daya racunnya tinggi. Khusus untuk benzena tidak boleh digunakan sebagai pelarut kecuali untuk ekstraksi.
15) Cairan atau larutan yang mudah terbakar, tidak boleh dipanaskan dalam wadah terbuka, di dalam api atau di atas plat listrik yang panas.
16) Hati-hatilah dalam menggunakan dan menangani cairan yang mudah menguap dan terbakar atau beracun, seperti karbon disulfida (CS2), eter, minyak bumi, aseton, alkohol dan lain-lain.
17) Secara khusus, hindarkanlah nyala api di dekat cairan atau zat yang mudah menguap dan terbakar karena suhu pembakaran uapnya di bawah suhu sumber pembakaran yang panas, dan selalu tambahkan kepingan batu pemanas atau kepingan gips atau batu didih sebelum cairan itu dipanaskan (bila cairan ini dipanaskan).
18) Bekas-bekas pelarut atau larutan harus diolah atau dilunakkan terlebih dahulu sebelum dibuang ke dalam bak cuci. Tidak dibenarkan membuang zat atau cairan beracun atau yang mudah terbakar, ke dalam bak atau saluran air.
19) Padatan dan kertas saring tidak boleh dibuang pada bak cuci, tetapi pada bak khusus yang disediakan
20) Bila terdengar alarm api atau kebakaran, hentikan eksperimen yang sedang dilakukan, termasuk aliran gas, stop kontak listrik dan segeralah keluar dari laboratorium. jangan masuk ruangan sebelum ada izin masuk.
21) Seorang praktikan harus mengetahui dengan seyakin-yakinnya lokasi kran induk dan saklar induk. Bila terdapat kerusakan, segera diperbaiki karena fungsinya sangat penting sebagai pembantu pemadam.
22) Bila terjadi kebakaran, usahakan memadamkannya dengan tabung elpiji atau jika kebakaran kecil, dapat menggunakan pasir atau karung yang basah. Dan pada saat yang sama semua eksperimen harus dihentikan.
23) Semua zat yang tersimpan di rak atau lemari zat harus diberi label atau keterangan seperlunya serta harus ditutup atau disumbat dengan penyumbat yang tidak bereaksi. Sedangkan etiket atau label hendaknya tertulis : nama, tanggal pembuatan, tanggal akan digunakan dan sifat zat serta nama dan rumus kimia zat, jika ada.
24) Dilarang menangani alat atau bahan yang belum bisa menggunakan atau memakainya.
25) Hati-hatilah menangani arus listrik atau sirkuit dengan voltase 50 volt ke atas.
26) Hati-hatilah menggunakan alat-alat yang berat dan besar.
27) Laboratorium mikrobiologi, daerah radioaktif dan laser, harus diatur tersendiri dalam ruangan khusus. Jika untuk praktikum, semua peserta praktik harus sudah paham serta menyetujui aturan dan perjanjian jika terjadi kecelakaan.
28) Tidak boleh mengadakan percobaan atau eksperimen sendiri, akan tetapi harus bersama dua orang atau lebih atas izin staf atau pembimbing.
29) Bila menggunakan zat, hati-hatilah, apakah sudah betul sesuai dengan yang dikehendaki, karena kesalahan memilih reagen, berarti suatu kegagalan kerja.
30) Penggunaan reagen harap secukupnya. Jangan terlalu berlebihan sehingga dapat mengaburkan penyelidikan.
31) Tiap alat-alat dan reagen dalam percobaan, harus diletakan sedemikian rupa sehingga tidak membahayakan.
32) Jangan bercakap-cakap atau bergurau dengan teman lain di laboratorium.
33) Semua percobaan yang menghasilkan gas harus dilakukan di lemari asam.
34) Amatilah dan catat hasil pengamatan dan laporkan secepatnya pada asisten pembimbing dan tanyakan apa yang tidak dimengerti dalam melaksanakan praktikum.

B. Format Laporan
Untuk keseragaman laporan, sebaiknya bentuk dan format laporan ditentukan sesuai dengan praktikum yang dilakukan.
Sebagai contoh beberapa format laporan praktikum adalah sebagai berikut :
1. Format laporan sementara
(dilaporkan setelah praktikum selesai/belum diolah atau dilaporkan perhitungan yang ada atau reaksi yang seharusnya)







LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM KIMIA

Nama praktikan : 1………………. No.Mhs : ……………………
2……………….. No.Mhs : ……………………
dst
Kelompok nomor : ………………… Meja No : ……………………
Prog/jurusan : ………………… Fak. : ……………………
Nomor percobaan : ………………… Tanggal : ……………………
Asisten pemb. : ………………………………………………………...

1. Tujuan : ……………………………………………………………………..
2. Alat dan Bahan :
a. Alat

b. Bahan
3. Cara kerja
Berisi keterangan tentang cara kerja dan diagram blok atau skema.
4. Pengamatan
Penimbangan, pembacaan buret/skala dan pengukuran zat atau kejadian menggunakan indra atau alat pengukur berat, volume dan waktu.
5. Perhitungan dan persamaan reaksi
6. Catatan
Penjelasan mengenai hal-hal yang menyimpang.



Mengetahui Bengkulu,…….20
Asisten pembimbing Praktikan


















2. Format laporan lengkap/resmi praktikum kimia


LAPORAN PRAKTIKUM
Kimia : ……………………………………

Nama praktikan : ……………………… No.Mhs : ………………
Kelompok : ……………………… Meja No : ………………
Prog/Jurusan : ……………………… Fak. : ………………
No. Percobaan : ……………………… Tanggal : ………………
Asisten Pembimbing : ………………………………………………………..

1 Tujuan : ……………………………………………………………………..
2 Alat dan Bahan :
a. Alat
b. Bahan

3 Dasar teori
- Garis besar dari perrcobaan.
- Teori yang mendasari percobaan.
- Reaksi-reaksi yang terjadi/ada.
- Penyimpangan atau kejanggalan lain.
- dll
4 Cara kerja
- Keterangan cara kerja/prosedur.
- Diagram blok.
- Sket atau gambar rangkaian alat.
5 Pengamatan
- Pembacaan dan pengukuran skala, berat, panjang, volume, voltase, suhu dan waktu, menggunakan alat pengukur.
- Pengukuran dengan indra (peraba, perasa, pendengar, penglihat)
6 Perhitungan dan persamaan reaksi/ pembahasan
- Penghitungan sampai menggunakan empat angka signifikan di belakang koma.
- Persentase (%), dihitung sampai 0,01%.
7 Kesimpulan
- Hasil atau pendapatan-pendapatan hasil percobaan.
8 Daftar pustaka





Menyetujui Bengkulu,…….20
Asisten pembimbing Praktikan

VIII

KETRAMPILAN KERJA LABORATORIUM KIMIA

























DAFTAR PUSTAKA
Creedy, John, 1976A, Laboratory Manual For Schools And Colleges, Heinemann Educational Book Ltd.
Djupri, P., 1981, Pengelolaan Laboratorium IPA, Depdikbud, Penerbit Penataran Lokakarya P3G, , Jakarta.
Genda, P., M.Amin, 1982, Pengelolaan Laboratorium IPA, FKIE IKIP Yogyakarta, Yogyakarta.
Jahya, R., 1981, Petunjuk Praktikum Ilmu Kimia 1 dan 2 untuk SMA, Depdikbud, Jakarta.
Rosenberg, Jerome, L., 1980, Theory and Problem of College Chemistry, Schaum Series, McGraw-Hill, Inc.
Anonim, 2003, Safety in Academic Chemistry Laboratories, Volume 1 Accident Prevention For College and University Student, 7th Edition, American Chemical Society, Washington DC, USA.
Willis, D., Ratna, 1986, Pengelolaan Pengajaran Kimia, Modul 712, Depdikbud Universitas Terbuka, Jakarta.

































Material Safety Data Sheet
Sulfuric Acid
ACC# 22350
Section 1 - Chemical Product and Company Identification
MSDS Name: Sulfuric Acid
Catalog Numbers: S71211SC, S71826, S79200, S80213, S80213-1, A298 212, A298212, A300 212, A300 225LB, A300 500, A300 612GAL, A300 700LB, A300212, A300225LB, A300500, A300612GAL, A300700LB, A300C 212, A300C212, A300C212001, A300C212002, A300C212003, A300C212004, A300C212005, A300C212006, A300C212007, A300C212008, A300C212009, A300C212010, A300C212LC, A300FP 500, A300FP500, A300J500, A300P 500, A300P500, A300S 212, A300S 500, A300S212, A300S212LC, A300S500, A300SI 212, A300SI212, A468-1, A468-250, A468-500, A4682, A484 212, A484212, A510-212, A510-500, A510SK212, AC3000S212002, MAR77018068, NC9466102, NC9499595, NC9755547, NC9825433, NC9826713, S71211, S71211MF, S71211MF*, S71211SCMF, S71211SCMF*, S79200MF, S79200MF* DHAZ, S79200MF*DHAZ, S79200SCMF, SA174 212, SA174 4, SA174212, SA1744, SA176 4, SA1764, SA196 500, SA196500
Synonyms: Hydrogen Sulfate; Oil of Vitriol; Vitriol Brown Oil; Matting Acid; Battery Acid; Sulphuric Acid.
Company Identification:
Fisher Scientific
1 Reagent Lane
Fair Lawn, NJ 07410
For information, call: 201-796-7100
Emergency Number: 201-796-7100
For CHEMTREC assistance, call: 800-424-9300
For International CHEMTREC assistance, call: 703-527-3887

Section 2 - Composition, Information on Ingredients

CAS# Chemical Name Percent EINECS/ELINCS
7664-93-9 Sulfuric acid 95-98.0 231-639-5

Hazard Symbols: C
Risk Phrases: 35 8


Section 3 - Hazards Identification

EMERGENCY OVERVIEW
Appearance: clear colorless - oily liquid. Danger! Corrosive. Causes eye and skin burns. May cause severe respiratory tract irritation with possible burns. May cause severe digestive tract irritation with possible burns. Cancer hazard. May cause fetal effects based upon animal studies. May cause kidney damage. May be fatal if inhaled. May cause lung damage. Hygroscopic. Strong oxidizer. Contact with other material may cause a fire. May cause severe eye, skin and respiratory tract irritation with possible burns.
Target Organs: Kidneys, heart, lungs, respiratory system, cardiovascular system, teeth, eyes.


Potential Health Effects
Eye: Causes severe eye burns. May cause irreversible eye injury. May cause conjunctivitis. May cause permanent corneal opacification.
Skin: Causes skin burns. Continued contact can cause tissue necrosis. May cause skin rash (in milder cases), and cold and clammy skin with cyanosis or pale color.
Ingestion: May cause severe and permanent damage to the digestive tract. Causes gastrointestinal tract burns. May cause systemic toxicity with acidosis.
Inhalation: May cause irritation of the respiratory tract with burning pain in the nose and throat, coughing, wheezing, shortness of breath and pulmonary edema. Causes chemical burns to the respiratory tract. Inhalation may be fatal as a result of spasm, inflammation, edema of the larynx and bronchi, chemical pneumonitis and pulmonary edema. Causes corrosive action on the mucous membranes.
Chronic: Prolonged or repeated inhalation may cause kidney and lung damage. Prolonged or repeated skin contact may cause dermatitis. Prolonged or repeated inhalation may cause nosebleeds, nasal congestion, erosion of the teeth, perforation of the nasal septum, chest pain and bronchitis. Prolonged or repeated eye contact may cause conjunctivitis. May cause fetal effects. May cause cancer in humans. Effects may be delayed. Laboratory experiments have resulted in mutagenic effects. May cause ischemic heart lesions.
Section 4 - First Aid Measures

Eyes: Get medical aid immediately. Do NOT allow victim to rub or keep eyes closed. Extensive irrigation with water is required (at least 30 minutes).
Skin: Get medical aid immediately. Immediately flush skin with plenty of soap and water for at least 15 minutes while removing contaminated clothing and shoes. Wash clothing before reuse. Destroy contaminated shoes.
Ingestion: Do NOT induce vomiting. If victim is conscious and alert, give 2-4 cupfuls of milk or water. Never give anything by mouth to an unconscious person. Get medical aid immediately.
Inhalation: Get medical aid immediately. Remove from exposure to fresh air immediately. If breathing is difficult, give oxygen. Do NOT use mouth-to-mouth resuscitation. If breathing has ceased apply artificial respiration using oxygen and a suitable mechanical device such as a bag and a mask.
Notes to Physician: Monitor arterial blood gases, chest x-ray, and pulmonary function tests if respiratory tract irritation or respiratory depression is evident. Treat dermal irritation or burns with standard topical therapy. Effects may be delayed. Do NOT use sodium bicarbonate in an attempt to neutralize the acid.
Antidote: Do NOT use oils or ointments in eye.

Section 5 - Fire Fighting Measures
General Information: As in any fire, wear a self-contained breathing apparatus in pressure-demand, MSHA/NIOSH (approved or equivalent), and full protective gear. Strong oxidizer. Contact with combustible materials may cause a fire. Wear appropriate protective clothing to prevent contact with skin and eyes. Wear a self-contained breathing apparatus (SCBA) to prevent contact with thermal decomposition products. Will react with water to form toxic and corrosive fumes. Contact with water can cause violent liberation of heat and splattering of the material. Some oxidizers may react explosively with hydrocarbons(fuel). Contact with metals may evolve flammable hydrogen gas. May accelerate burning if involved in a fire. Containers may explode when heated or if contaminated with water. Runoff from fire control or dilution water may cause pollution.
Extinguishing Media: Do NOT use water directly on fire. Use carbon dioxide or dry chemical. Do NOT get water inside containers. Contact professional fire-fighters immediately. Cool containers with flooding quantities of water until well after fire is out.
Section 6 - Accidental Release Measures
General Information: Use proper personal protective equipment as indicated in Section 8.
Spills/Leaks: Avoid runoff into storm sewers and ditches which lead to waterways. Clean up spills immediately, observing precautions in the Protective Equipment section. Provide ventilation. Use water spray to reduce vapors, do not put water directly on leak, spill area or inside container. Cover with dry earth, dry sand, or other non-combustible material followed with plastic sheet to minimize spreading and contact with water. Keep combustibles (wood, paper, oil, etc.,) away from spilled material.
Section 7 - Handling and Storage
Handling: Wash thoroughly after handling. Remove contaminated clothing and wash before reuse. Do not get in eyes, on skin, or on clothing. Keep container tightly closed. Do not ingest or inhale. Do not allow contact with water. Use only in a chemical fume hood. Discard contaminated shoes. Keep from contact with moist air and steam.
Storage: Do not store near combustible materials. Keep container closed when not in use. Store in a cool, dry, well-ventilated area away from incompatible substances. Keep away from water. Corrosives area. Do not store near alkaline substances. Store protected from moisture.
Section 8 - Exposure Controls, Personal Protection

Engineering Controls: Facilities storing or utilizing this material should be equipped with an eyewash facility and a safety shower. Use only under a chemical fume hood.

Exposure Limits
Chemical Name ACGIH NIOSH OSHA - Final PELs
Sulfuric acid (1 mg/m3) TWA; (3 mg/m3) STEL 1 mg/m3 TWA 15 mg/m3 IDLH 1 mg/m3 TWA
OSHA Vacated PELs: Sulfuric acid: 1 mg/m3 TWA
Personal Protective Equipment
Eyes: Wear appropriate protective eyeglasses or chemical safety goggles as described by OSHA's eye and face protection regulations in 29 CFR 1910.133 or European Standard EN166.
Skin: Wear appropriate protective gloves to prevent skin exposure.
Clothing: Wear appropriate protective clothing to prevent skin exposure.
Respirators: Follow the OSHA respirator regulations found in 29CFR 1910.134 or European Standard EN 149. Always use a NIOSH or European Standard EN 149 approved respirator when necessary.
Section 9 - Physical and Chemical Properties

Physical State: Liquid
Appearance: clear colorless - oily liquid
Odor: odorless
pH: 0.3 (1N Solution)
Vapor Pressure: 1 mm Hg @ 145.8 C
Vapor Density: 3.38
Evaporation Rate:Slower than ether.
Viscosity: 21 mPas @ 25 C
Boiling Point: 340 deg C
Freezing/Melting Point:10.35 deg C
Autoignition Temperature: Not available.
Flash Point: Not available.
Decomposition Temperature:340 deg C
NFPA Rating: (estimated) Health: 3; Flammability: 0; Reactivity: 2
Explosion Limits, Lower:Not available.
Upper: Not available.
Solubility: Soluble.
Specific Gravity/Density:1.841
Molecular Formula:H2SO4
Molecular Weight:98.0716




Section 10 - Stability and Reactivity
Chemical Stability: Combines vigorously with water with the evolution of heat. Reported to have exploded when in a sealed container. This was most likely due to pressure of hydrogen by reduction of water.
Conditions to Avoid: Incompatible materials, ignition sources, metals, excess heat, combustible materials, organic materials, reducing agents, exposure to moist air or water, oxidizers, amines, bases.
Incompatibilities with Other Materials: Bases, strong dehydrating agents, organic materials, finely powdered metals, moisture, carbides, chlorates, cyanides (e.g. potassium cyanide, sodium cyanide), azides, fulminates, picrates, nitrates, alkali halides, zinc, iodides, permanganates, hydrogen peroxides, perchlorates, nitromethane, phosphorus, nitrites, cyclopentadiene, cyclpentanone oxime, nitroaryl amines, lithium silicides, iron, mercuric nitride, benzene, potassium chlorates, steel, cesium acetylene carbide, trihydroxydiamino phosphate, phosphorus trioxide, reducing agents.
Hazardous Decomposition Products: Oxides of sulfur, irritating and toxic fumes and gases.
Hazardous Polymerization: Has not been reported.
Section 11 - Toxicological Information
RTECS#:
CAS# 7664-93-9: WS5600000
LD50/LC50:
CAS# 7664-93-9:
Draize test, rabbit, eye: 250 ug Severe;
Inhalation, mouse: LC50 = 320 mg/m3/2H;
Inhalation, rat: LC50 = 510 mg/m3/2H;
Oral, rat: LD50 = 2140 mg/kg;
Carcinogenicity:
CAS# 7664-93-9:
ACGIH: A2 - Suspected Human Carcinogen (contained in strong inorganic acid mists)
OSHA: Select carcinogen
IARC: Group 1 carcinogen
Epidemiology: No data available.
Teratogenicity: No data available.
Reproductive Effects: No data available.
Neurotoxicity: No data available.
Mutagenicity: No data available.
Other Studies: No data available.


Section 12 - Ecological Information
Ecotoxicity: Fish: Bluegill/Sunfish: 49 mg/L; 48Hr; TLm (tap water @ 20C)
Fish: Bluegill/Sunfish: 24.5 ppm; 48Hr; TLm (fresh water)
Section 13 - Disposal Considerations
Chemical waste generators must determine whether a discarded chemical is classified as a hazardous waste. US EPA guidelines for the classification determination are listed in 40 CFR Parts 261.3. Additionally, waste generators must consult state and local hazardous waste regulations to ensure complete and accurate classification.
RCRA P-Series: None listed.
RCRA U-Series: None listed.
Section 14 - Transport Information

US DOT IATA RID/ADR IMO Canada TDG
Shipping Name: SULFURIC ACID SULFURIC ACID
Hazard Class: 8 8(9.2)
UN Number: UN1830 UN1830
Packing Group: II II

Section 15 - Regulatory Information
US FEDERAL
TSCA
CAS# 7664-93-9 is listed on the TSCA inventory.
Health & Safety Reporting List
None of the chemicals are on the Health & Safety Reporting List.
Chemical Test Rules
None of the chemicals in this product are under a Chemical Test Rule.
Section 12b
None of the chemicals are listed under TSCA Section 12b.
TSCA Significant New Use Rule
None of the chemicals in this material have a SNUR under TSCA.
SARA

Section 302 (RQ)
CAS# 7664-93-9: final RQ = 1000 pounds (454 kg)
Section 302 (TPQ)
CAS# 7664-93-9: TPQ = 1000 pounds; RQ = 1000 pounds

SARA Codes
CAS # 7664-93-9: acute, chronic, reactive.
Section 313
This material contains Sulfuric acid (CAS# 7664-93-9, 95 98 0%),which is subject to the reporting requirements of Section 313 of SARA Title III and 40 CFR Part 373.
Clean Air Act:
This material does not contain any hazardous air pollutants. This material does not contain any Class 1 Ozone depletors. This material does not contain any Class 2 Ozone depletors.
Clean Water Act:
CAS# 7664-93-9 is listed as a Hazardous Substance under the CWA. None of the chemicals in this product are listed as Priority Pollutants under the CWA. None of the chemicals in this product are listed as Toxic Pollutants under the CWA.
OSHA:
None of the chemicals in this product are considered highly hazardous by OSHA.
STATE
CAS# 7664-93-9 can be found on the following state right to know lists: California, New Jersey, Florida, Pennsylvania, Minnesota, Massachusetts.
California No Significant Risk Level: None of the chemicals in this product are listed. European/International Regulations
European Labeling in Accordance with EC Directives
Hazard Symbols:
C
Risk Phrases:
R 35 Causes severe burns.
R 8 Contact with combustible material may cause
fire.

Safety Phrases:
S 26 In case of contact with eyes, rinse immediately
with plenty of water and seek medical advice.
S 30 Never add water to this product.
S 45 In case of accident or if you feel unwell, seek
medical advice immediately (show the label where
possible).

WGK (Water Danger/Protection)
CAS# 7664-93-9: 2
Canada
CAS# 7664-93-9 is listed on Canada's DSL List. CAS# 7664-93-9 is listed on Canada's DSL List.
This product has a WHMIS classification of E, D1A.
CAS# 7664-93-9 is listed on Canada's Ingredient Disclosure List.
Exposure Limits
CAS# 7664-93-9: OEL-ARAB Republic of Egypt:TWA 1 mg/m3 OEL-AUSTRALI
A:TWA 1 mg/m3 OEL-BELGIUM:TWA 1 mg/m3;STEL 3 mg/m3 OEL-CZECHOSLOVAKI
A:TWA 1 mg/m3;STEL 2 mg/m3 OEL-DENMARK:TWA 1 mg/m3 OEL-FINLAND:TWA 1
mg/m3;STEL 3 mg/m3;Skin OEL-FRANCE:TWA 1 mg/m3;STEL 3 mg/m3 OEL-GER
MANY:TWA 1 mg/m3 OEL-HUNGARY:STEL 1 mg/m3 OEL-JAPAN:TWA 1 mg/m3 OEL
-THE NETHERLANDS:TWA 1 mg/m3 OEL-THE PHILIPPINES:TWA 1 mg/m3 OEL-POL
AND:TWA 1 mg/m3 OEL-RUSSIA:STEL 1 mg/m3;Skin OEL-SWEDEN:TWA 1 mg/m3;
STEL 3 mg/m3 OEL-SWITZERLAND:TWA 1 mg/m3;STEL 2 mg/m3 OEL-THAILAND:T
WA 1 mg/m3 OEL-TURKEY:TWA 1 mg/m3 OEL-UNITED KINGDOM:TWA 1 mg/m3 OE
L IN BULGARIA, COLOMBIA, JORDAN, KOREA check ACGIH TLV OEL IN NEW ZEA
LAND, SINGAPORE, VIETNAM check ACGI TLV
Section 16 - Additional Information
MSDS Creation Date: 4/22/1999
Revision #7 Date: 11/20/2000
The information above is believed to be accurate and represents the best information currently available to us. However, we make no warranty of merchantability or any other warranty, express or implied, with respect to such information, and we assume no liability resulting from its use. Users should make their own investigations to determine the suitability of the information for their particular purposes. In no event shall Fisher be liable for any claims, losses, or damages of any third party or for lost profits or any special, indirect, incidental, consequential or exemplary damages, howsoever arising, even if Fisher has been advised of the possibility of such damages.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar